MEDIACEH.CO, Lhokseumawe – Tunkin menatap nanar sejumlah warga Rohingnya asal Myanmar yang menempati kamp penampungan sementara di Desa Blang Adoe, Kecamatan Kuta Makmur, Aceh Utara.
Presiden komunitas masyarakat Rohingnya di Inggris itu meninggalkan Provinsi Rakhine, Myanmar, 17 tahun silam. Dia bersama sejumlah warga Rohingnya lainnya bersyukur karena bisa lolos dari tekanan junta militer negeri jiran itu.
Bayangan kampung halaman terekam jelas di ingatan Tunkin. Seorang adiknya kini ditampung Imigrasi Makassar.
“Tak ada pilihan. Jika ingin hidup normal dan layak, maka kami harus meninggalkan negeri kami sendiri,” sebut Tunkin.
Padahal, Tunkin bukan warga sipil biasa. Dia mengaku, kakeknya seorang politisi dan anggota parlemen di negeri itu.
“Namun, kami orang Rohingnya. Tidak ada perlakuan khusus meski kami dari keluarga politisi dan anggota parlemen,” ujar pria ini dalam bahasa Inggris kepada Kompas.com, baru-baru ini.
Bahkan, sambung Tunkin, keluarganya yang lain seperti paman, bibi dan sepupunya dibunuh.
“Di Rakhine kami dilarang bersekolah. Dilarang mengeyam kehidupan normal. Kami dibodohkan oleh pemerintah kami sendiri. Saya beruntung bisa kuliah di Inggris,” ujarnya.
Saat ini, ribuan warga Rohingnya tersebar di Timur Tengah, Indonesia, Malaysia, dan sejumlah negara di Eropa.
“Perlakuan negara ketiga berbeda-beda. Inggris, Indonesia dan beberapa negara lain memperlakukan warga Rohingnya dengan baik. Aceh memperlakukan sangat luar biasa, kami minta agar diberi pendidikan sehingga menjadi bekal bagi saudara saya sesama Rohingnya di perantauan,” sebutnya.
Kini, dia dan warga Rohingnya lainnya di luar Myanmar bekerja keras mendorong Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dan Uni Eropa untuk menekan Myanmar agar memperlakukan warga Rohingnya sebagai manusia sesungguhnya, yakni mendapat akses informasi, pendidikan, dan kehidupan yang layak di negeri mereka sendiri. Tanpa harus lari ke luar negeri mencari suaka untuk hidup lebih baik.
“Kami minta doa dan dukungan semua negara untuk membantu Rohingnya,” pungkasnya.[]
Sumber: kompas.com
Discussion about this post