KEINGINAN mantan kombatan GAM bersatu mendapat respon positif dari berbagai kalangan. Persatuan ini dinilai awal yang baik dalam membangun Aceh setelah 10 tahun perdamaian.
Hal ini juga direspon positif oleh Teungku Jamaika, Jubir GAM saat Aceh masih berkonflik. Pria yang bernama asli Syardani M. Syarif ini mengatakan perpecahan di kalangan mantan GAM, telah membuat daya tawar Aceh turun di mantan pemerintah pusat.
“Meunyoe tanyoe karu, Jakarta pok-pok jaroe,” kata Teungku Jamaika.
Berikut kutipan lengkap wawancara wartawan mediaaceh.co dengan Teungku Jamaika di salah satu kantor di Kantor Banda Aceh:
Apa tanggapan Anda terkait besarnya harapan masyarakat agar mantan kombatan GAM kembali bersatu?
Saya menyambut baik keinginan masyarakat Aceh untuk melihat mantan kombatan GAM itu kembali bersatu. Saya juga mendukung keinginan dari Mualem untuk mengajak seluruh mantan GAM bersatu dan sama-sama berpikir untuk masa depan Aceh.
Apakah rekonsiliasi ini sudah mulai dibangun?
Sudah. Kemarin Bang Yan (Sofyan Dawood-red), Ayah Merin, serta beberapa pentolan lain kan sudah duduk dengan Mualem. Pertemuan yang di Musleni Tomyam. Kemudian ada juga beberapa lainnya tidak kita public. Ini awal yang baik.
KPA wajeb tak meusaboh. Meunyoe tanyoe karu, Jakarta pok-pok jaroe.
Hari ini Mualem untuk membuka pintu rumah. Mualem mengajak serta ajakan ini disambut baik. Mungkin mereka sadar karena selama ini mungkin dimanfaatkan saja.
Meunyoe awak nyan geusipak lee Mualem, pasti hana mau lee kembali bersatu, apapun alasannya. Dan ketika mereka kembali, pasti mereka masih rindu akan kebersamaan dulu serta arah perjuangan masih jelas. Ini saya pikir hal yang amat positif.
Artinya respon positif karena masing-masing masih memiliki cita-cita yang sama?
Ya, masih ada rasa memiliki dan rasa persatuan. Watee lam glee yang hana teu mate (waktu di gunung yang tidak ada meninggal-red). Tapi setelah damai, Allah beri sedikit kenikmatan, ada peluang jadi pemimpin, sudah saling merebut. Seharusnya saling menguatkan serta tidak bercerai berai.
Berarti banyak mantan kombatan GAM yang dulunya berseberangan dengan Partai Aceh dan KPA kini mulai bersatu?
Ya banyak. Banyak yang telepon Mualem dan menyatakan berdiri di samping Mualem.
Ini kepentingan jangka pendek atau jangka panjang? Kalau jangka pendek hanya untuk Pilkada 2017!
Jangka panjanglah. Kalau saya anggap yang harus bersatu itu adalah kekuatan mantan kombatan GAM dulu. Apapun cerita, GAM itu yang menandatangani MoU Helsinki dengan Republik Indonesia. Tapi karena kita terpecah, posisi Aceh kian lemah.
Jadi apapun yang kita buat di Aceh, seperti qanun dan aturan lainnya, Jakarta tertawa aja, di peukhem (ditertawakan-red). “Awak nyan sabee keudroe-droe hana paih (mereka sesama sendiri tak cocok-red),” kata orang Jakarta.
Ini kita berbicara soal mantan kombatan GAM, bukan PA ya. Seharusnya kita bersatu dulu dan mantan kombatan GAM memiliki tanggungjawab yang besar terhadap Aceh. Selesaikan dulu semua butir butir MoU Helsinki yang belum ada kejelasan.
Hari ini semua orang berbicara MoU dan UUPA, mulai dari yang paling kecil hingga tertinggi di Aceh, seperti bupati dan gubernur. Namun MoU dan UUPA masih seperti itu saja perkembangannya. Ini sebenarnya yang harus diperbaiki. Salah satu caranya, ya dengan bersatunya mantan kombatan GAM dan kemudian mendorong ini bersama-sama.
Antara MoU dengan UUPA itu sendiri masih jauh berbeda. Contoh, dalam MoU disebutkan sesuatu yang berhubungan dengan Aceh harus ada persetujuan. Poin pentingnya adalah persetujuan itu tadi. Sedangkan dalam UUPA tertulis, pertimbangan. Kan antara ‘persetujuan’ dan ‘pertimbangan’ itu beda jauh.
Intinya, tujuan mempersatukan mantan kombatan GAM ini bukan hanya untuk politik 2017, tetapi untuk menuntaskan poin poin MoU Helsinki dan UUPA yang belum selesai.
Terakhir, harapan Anda untuk seluruh mantan GAM apa?
Harapannya, ya itu tadi. Mari kita kembali bersatu. Ada tanggunjawab besar untuk mantan GAM agar MoU Helsinki dan UUPA itu benar-benar diiimplementasikan. Ini tanggungjawab kita. Kalau kita terus bercerai-berai, maka ini tidak akan tuntas. Solusinya untuk Aceh ke depan, kita harus bersatu.
Discussion about this post