BANDA ACEH – Mantan kombatan GAM, Teungku Jamaika, menilai daya tawar Aceh kian lemah di mata pemerintah pusat. Hal ini terjadi karena perpecahan antar sesama mantan kombatan GAM usai penandatangan perjanjian damai.
“Kalau saya anggap yang harus bersatu itu adalah kekuatan mantan GAM dulu. Apapun cerita, GAM itu yang menandatangani MoU Helsinki dengan Republik Indonesia. Tapi karena kita terpecah, posisi Aceh kian lemah,” kata pria yang bernama asli Syardani M. Syarif kepada wartawan mediaaceh.co.
“Jadi apapun yang kita buat di Aceh, seperti qanun dan aturan lainnya, Jakarta tertawa aja, di peukhem (ditertawakan-red),” kata mantan Jubir militer GAM saat Aceh masih berkonflik ini.
Dirinya berharap pemikiran yang sama ini dimiliki oleh seluruh mantan kombatan GAM. Tujuannya, Aceh ke depan lebih baik lagi.
“Ini kita berbicara soal mantan kombatan GAM, bukan PA ya. Seharusnya kita bersatu dulu dan mantan kombatan GAM memiliki tanggungjawab yang besar terhadap Aceh. Selesaikan dulu semua butir butir MoU Helsinki yang belum ada kejelasan,” ujar Teungku Jamaika.
Discussion about this post