MEDIAACEH.CO – Google melalui anak usaha DeepMind yang mengembangkan kecerdasaan buatan, sedang dalam tahap pengembangan untuk mengendalikan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) di masa depan agar semuanya tetap terkendali.
Dalam sebuah laporan akademik yang dibuat tim peneliti DeepMind, perusahaan ini mengakui butuh suatu pengendalian agar kecerdasan buatan tetap dalam kontrol manusia. Para ahli dari DeepMind ini menyebut teknologi penangkal kecerdasan buatan itu dengan istilah "tombol merah."
Laporan tersebut ditulis oleh Laurent Orseau dan Stuart Armstrong dari Future of Humanity Institute di University of Oxford, Inggris.
"Untuk masa depan mungkin akan butuh pengendalian dari operator manusia untuk menekan tombol merah besar yang fungsinya bisa mencegah mesin AI dari tindakan berbahaya," begitu penggalan laporan tim DeepMind Google, seperti dikutip dari Trusted Reviews.
Isi laporan tersebut memang kurang lebih menjelaskan bagaimana "tombol merah" hasil kembangan mereka bisa mengontrol fungsi AI demi mencegah interaksinya dengan manusia yang bisa menimbulkan bahaya ataupun melakukan hal-hal di luar kendali manusia. Tombol pengendalian itu juga dibuat untuk alasan keselamatan, misalnya ketika kecerdasan buatan dipakai untuk manufaktur di pabrik.
Namun, memang belum ada penjelasan secara rinci bagaimana sistem cara kerja tombol merah ini.
Google dan Facebook merupakan dua perusahaan yang serius dan menaruh investasi besar dalam mengembangkan teknologi kecerdasan buatan.
Selain DeepMind, Google juga memiliki anak usaha Boston Dynamics yang mengembangkan kecerdasan buatan pada robot yang bisa bergerak secara dinamis.
Terkait semakin banyaknya perusahaan yang membangun teknologi cerdas ini, Elon Musk selaku pendiri sekaligus CEO dari Tesla Motors dan SpaceX, mengungkapkan kekhawatirannya pada pemanfaatan peranti lunak kecerdasan buatan yang dioperasikan tanpa kontrol ketat manusia. Tetapi, ia mengaku khawatir hanya pada satu perusahaan.
Musk bersikeras merahasiakan dan tidak mau menyebut perusahaan yang ia khawatirkan itu. Akan tetapi, banyak pihak yang menduga perusahaan itu adalah Google.[]
Sumber: CNN Indonesia
Discussion about this post