MEDIAACEH.CO, Blangpidie – Masyarakat Kecamatan Blangpidie, Aceh Barat Daya (Abdya) Keluhkan debu yang berhamburan akibat penimbunan proyek Pasar Modern yang menyerap biaya Rp25 Miliar.
Sejak sepekan terakhir pasca pihak kontraktor mulai mengambil tanah yang dikeruk untuk timbunan di 3 titik berbeda di Kecamatan Blangpidie yakni di desa Babahlung,Seunaloh dan Ladang Lubok. Akibatnya sepanjang jalan yang dilalui truk pegangkut timbunan itu menyisakan debu hingga mulai menggangu kesehatan warga.
Jalan yang dilalui mobil pegangkut timbunan itu meliputi jalan Desa Babahlung, Mataie, Geulumpang Payong, Medang Ara, Keude Siblah, Manyang dan Seunaloh.
Di Desa Babahlung, menurut pantau wartawan mediaacehg.co, warga setempat memasang papan peringatan yang diletakkan di tengah badan jalan dengan tulisan "Pelan-Pelan Banyak Debu Bos". Tujuannya untuk mengigatkan Sopir Mobil yang megangkut tanah timbunan agar tidak memacu mobil dengan kecepatan tinggi yang membuat debu berterbangan.
Young Pro (27) seorang Pemilik kios penjual bahan kelontong di jalan Desa Babahlung Kecamatan Blangpidie, mengaku kecewa kepada kontraktor yang membiarkan jalan berdebu tanpa di siram, kondisi ini membuat warga menghirup debu yang berpotensi penyakit.
"Beberapa hari lalu saya pernah menegur sopir mobil truk pegangungkut timbunan yang melintas di jalan ini, agar jika melintasi jalan ini diharap memacu mobilnya dengan kecepatan rendah, Selain itu saya juga meminta agar sopir mobil menyampaikan kepada pihak kontraktor untuk menyiram badan jalan yang di lalui truk pegangkut timbunan itu, agar tidak menimbulkan debu yang mengancam kesehatan Masyarakat," katanya, Minggu 20 Maret 2016.
Hal senada juga dikeluhkan salah satu pemilik warung, dilokasi yang sama, Ia mengaku pasca pegangkutan timbunan dengan truk yang melintas di jalan depan warungnya, kini di penuhi debu sehingga banyak pelangannya yang engan singgah untuk ngopi dan membeli keperluan lain, sehingga selama sepekan terakhir omsetnya menurun drastis.
"Biasanya sekitar Pukul 08:00 WIB banyak pegawai dan masyarakat setempat singgah di warung saya untuk makan nasi, ngopi dan membeli kebutuhan lain, namun pasca proses pegangkutam timbunan itu berlangsung warung saya jadi sepi," ujarnya.
Mereka berharap pihak kontraktor sesegera mungkin menyiram badan jalan yang di lintasi truk pegangkut timbunan itu sebanyak 3 kali sehari pada pagi, siang dan malam. "Seharusnya mereka berfikir juga tentang lingkungan jangan hanya pembangunan saja," ujarnya lagi.
Laporan: Ijal
Discussion about this post