MEDIAACEH.CO, Jakarta – Hingga minggu ketiga Februari 2016, total realisasi penerbitan SBN neto telah mencapai Rp 102,2 triliun atau 31,2 persen dari target APBN, Iebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 104,4 triliun atau 37,7 persen dari target.
Seperti dikutip dari siaran pers Kementerian Keuangan, Sabtu (12/3/2016), total realisasi tahun 2016 ini berasal dari penerbitan SBN neto di pasar domestik sebesar Rp 66,2 triliun dan SBN neto valas sebesar Rp 36 triliun. Adapun realisasi penerbitan SBN neto di pasar domestik sebagian di antaranya juga diserap oleh investor asing sebagaimana terlihat pada peningkatan kepemilikan asing dari bulan Desember 2015 hingga Februari 2016 yang mencapai lebih dari Rp 30 triliun.
Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi, pada tahun 2016 Pemerintah melakukan percepatan belanja untuk pembangunan infrastruktur yang direncanakan dapat dimulai sejak awal tahun 2016.
Pendanaan untuk membiayai percepatan belanja ini bersumber dari pendapatan negara, dan utang. Terkait dengan pendanaan yang berasal dari utang, Pemerintah telah menerapkan strategi front loading penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) dengan mempertimbangkan kondisi likuiditas di pasar keuangan domestik agar tidak menimbulkan dampak yang tidak diinginkan yaitu kekeringan likuiditas.
Salah satu upaya yang telah dilakukan adalah melalui pre-funding APBN 2016 dengan menerbitkan SBN pada akhir tahun 2015 sebesar Rp 63,5 triliun, yang berasal dari penerbitan SUN valas sebesar US$ 3,5 miliar atau setara Rp 48,5 triliun dan private placement sebesar Rp 15 triliun (dari investor asing sebesar Rp 14 triliun). Selanjutnya, Pemerintah secara reguler melakukan lelang penerbitan SUN dan Sukuk di pasar domestik.
Dengan memperhatikan realisasi APBN hingga saat ini, penerbitan SBN khususnya di pasar domestik, bukan penyebab utama kekeringan likuiditas. Hal ini disebabkan sebagian besar dana hasil penerbitan SBN ini langsung dimanfaatkan untuk membiayai belanja Pemerintah.
Hingga posisi akhir 5 Februari 2016, realisasi belanja APBN tercatat sebesar Rp 164,9 triliun, atau meningkat 27,73% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, disamping juga digunakan untuk membayar kewajiban utang jatuh tempo yang naik sebesar 90,8% dari Rp 17,6 triliun pada tahun lalu menjadi Rp 33,6 triliun pada minggu II bulan Februari tahun ini.
Adapun kondisi likuiditas di berbagai pasar keuangan hingga pertengahan Februari 2016 terjaga dengan baik, hal ini dapat dilihat pada beberapa indikator di bawah ini:
a. Di Pasar SBN, terjadi penurunan yield SBN tenor 10 tahun, dari sekitar 9,16% pada akhir tahun 2015 menjadi 7,97% pada pertengahan Februari 2016. Selain itu, bid offer spread (bps) juga menurun, dari sekitar 13,8 bps pada pertengahan tahun 2015 menjadi 7,9 bps pada pertengahan Februari 2016.
b. Di Pasar Uang Antar Bank, terjadi penurunan rate JIBOR overnight dari 7,59% pada akhir tahun 2015 menjadi 5,16% pada pertengahan Februari 2016.
c. Di Pasar Saham, terjadi kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dari 4.593 pada akhir tahun 2015 menjadi 4.697 pada pertengahan Februari 2016.[]
Sumber: Detik
Discussion about this post