MEDIAACEH.CO, Banda Aceh – Wisatawan luar negeri, khususnya asal negara Malaysia dan singapura ternyata memiliki alasan tersendiri sehingga mereka menyukai Aceh dan memutuskan berkunjung ke sini. Namun di balik itu juga terdapat beberapa alasan yang membuat mereka tidak suka alias benci berkunjung ke negeri ini. Apa saja hal yang disukai dan dibenci itu? Berikut laporannya.
1. Situs Tsunami
Keberadaan situs tsunami sebagai tujuan wisata religi di Aceh ternyata telah menyumbang andil yang cukup besar terhadap kemajuan wisata di Aceh. Sehingga setiap tahunnya jumlah kunjungan wisatawan dari Malaysia dan Singapura ke situs-situs tersebut semakin meningkat.
Hal itu seperti diakui Mahlizar, seorang pegiat wisata Aceh yang juga direktur Aceh Great Wall Tour berdasarkan catatan perusahaan travel miliknya.
“Jumlah tamu yang ke Aceh melalui saya di tahun 2014 mencapai 1237 orang dan di tahun 2015 mencapai 1538 orang,” ujar Mahlizar saat ditemui di Giwang Coffee saat sedang membawa turis asal Pinang, Malaysia, Senin 8 Februari 2016.

Menurutnya, 70 persen wisatawan luar negeri yang berkunjung ke Aceh adalah orang tua yang merupakan pesiunan.
“Alasan mereka ke Aceh ingin melihat peninggalan Tsunami, Aceh yang dulunya hancur porak-poranda namun kini sudah kembali normal seperti biasanya malah lebih maju,” katanya.
Ia menjelaskan, situs tsunami yang menjadi target utama kunjungan wisatawan di antaranya Kapal Apung, kapal ikan di atas rumah di Lampulo, kubah masjid di Gurah yang terdampar di tengah-tangah sawah dan masjid-masjid yang masih berdiri kokoh sampai saat ini.
2. Kuliner
Keberagaman kuliner khas Aceh dengan cita rasa yang menggugah selera ternyata juga menjadi salah satu daya tarik wisatawan negeri tetangga untuk mencicipinya.
Kuliner khas Aceh disukai oleh wisatawan melayu terutama karena tidak mencolok dan cocok dengan lidah mereka. Kuliner yang kerap diburu wisatawan melayu di Aceh yaitu Mie Aceh, Kari Ayam Kampung, Sate hingga kopi sareng.
Hal yang Tak Disukai
Selain beberapa alasan wisatawan menyukai Aceh, ternyata juga terdapat sejumlah masalah sehingga mereka tak begitu tertarik berada di Aceh.
Di antaranya seperti yang kerap dirasakan oleh rombongan wisatawan yang dipandu oleh perusahaan Mahlizar.
Menurut Mahlizar, sangat disayangkan hingga kini masih terdapat sejumlah lokasi wisata situs tsunami yang belum tertata dengan baik, sehingga terlihat sangat mengurangi keindahan situs-situs tersebut.
“Seperti di kapal apung masih ada kabel listrik yang rendah ketika bus masuk ke sana akan tersangkut, mereka harus mengunakan galah dengan mondorong ke atas kabel tersebut dan itu sudah berlanjut hampir setahun,” kata Mahlizar.
3. Pungli
Sebuah prilaku tak terpuji dialami rombongan wisatawan Mahlizar pada bulan lalu. Saat itu para tamu yang menumpang Bus terkejut saat mengetahui pihak Pelabuhan Ulee Lheu meminta uang tambahan untuk satu unit Bus sebesar Rp. 100,000.
“Bulan lalu sempat ada kutipan liar di pelabuhan Ulee lhee untuk satu unit bas sebesar Rp. 100,000 padahal mereka sudah membayar di pintu masuk Rp. 18000, kutipan ini diatasnamakan Keuchih Gampong setempat,” katanya.
4. Preman
Mahlizar dan rombongannya juga pernah mengalami kejadian tak menyenangkan saat menuju sebuah lokasi wisata di Aceh.
“Ada lagi di tempat tempat wisata lainnya, di sana banyak kita lihat di pintu masuk ada kerumunan seperti preman yang menjual tiket masuk, kenapa ini tidak ditertibkan, misalkan kita membayar di Pos atau hanya salah seorang dari mereka yang menghampiri kita, tidak usah berkelompok berdiri di jalan, ini sempat ada wisatawan yang menanyakan hal itu,” kata Mahlizar. [ibn]
Laporan : Ar Razi
Discussion about this post