MEDIAACEH.CO, Banda Aceh – Persoalan nasionalisme hari ini berhadapan dengan industri 4.0, dimana wawasan kebangsaan dan nasionalisme bisa dipupuk juga bisa dirusak lewat teknologi digital, misal media sosial.
Hal tersebut disampaikan oleh Juru Bicara (Jubir) Pemerintah Aceh, Saifullah Abdul Gani, pada diskusi publik wawasan kebangsaan, yang diselenggarakan oleh Analisa Demokrasi Institute di Banda Aceh, Sabtu 24 Agustus 2019.
Dalam diskusi tersebut, pria yang kerap disapa SAG itu meng-highlight bagaimana pengaruh media sosial terhadap tatanan kebangsaan.
“Era digital bukan hantu. Sangat tergantung dengan jempolnya, tapi pengaruhnya masif,” ujar SAG.
“Mudah-mudahan, dengan era digital atau industri 4.0 dapat melahirkan nasionalisme baru. Nasionalisme yang positif, bukan nasionalisme untuk merebut/anti negara,” pesannya.
Selain itu, ia juga menyampaikan bahwa benar 1945 kita merdeka, namun merdeka secara fisik, tapi tidak secara ruh. Salah satu indikatornya, dikatakan SAG, ada sistem yang dibuat dan ditinggalkan oleh kolonial yang membuat kita bergantung kepada mereka.
Sementara itu, salah seorang politisi PDIP Aceh, T Sulaiman Badai memandang potensi disintegrasi nasionalisme di Indonesia akan selalu ada, karena Indonesia sangat beragam.
“Potensi disintegrasi di Indonesia akan selalu ada. Namun wajar, karena sangat beragam,” sebutnya.[]
Discussion about this post