MEDIAACEH.CO, Aceh Timur – Pimpinan Dayah Darul Ulum Aceh Timur, sekaligus Ketua Solidaritas Ulama Muda Aceh Timur (SUMA), Waled Martunis, menyatakan kekecewaannya terhadap pernyataan Abu Mudi yang dianggap tidak pantas terkait calon wakil gubernur Aceh, Dek Fadh.
Kekecewaan ini disampaikan setelah acara Peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW di Dayah Misbahul ‘Ulum Diniyah Al-Aziziyah, Bireun Bayeun, Aceh Timur, beberapa waktu lalu.
Dalam momen tersebut, Abu Mudi mengatakan “Tapi bak meulakee gusuk ulee. Nyan yang salah. Adak meudeh lon gitok.”
Waled Martunis menegaskan, pernyataan tersebut dapat berdampak luas dan kurang baik bagi masyarakat, terutama mengingat posisi Abu Mudi sebagai pimpinan pondok pesantren. Kata tersebut tidak layak diucapkan oleh seorang ulama, karena merendahkan orang lain.
“Hana pantas geu mariet lagee nyan (Tidak pantas kata-kata seperti itu),” ujarnya, menegaskan pentingnya menjaga lisan sebagai amanah bagi seorang ulama.
Martunis mengutip pernyataan Thawus bin kaisan rahimahullah, yang mengatakan, “Lisanku adalah binatang buas, jika aku lepaskan maka ia akan memangsaku.”
Ia menekankan pentingnya berpikir sebelum mengeluarkan pernyataan yang dapat menyakiti orang lain, terlebih dalam konteks acara keagamaan yang dicampur dengan politik.
Sementara itu, Juru Bicara Pemenangan Mualem-Dek Fadh, Tgk. H. Muhammad Nur, M.Si, menjelaskan bahwa komunikasi antara Dek Fadh dan Abu Mudi berkaitan dengan undangan yang disampaikan kepada Dek Fadh melalui seorang perantara, yang merupakan alumni Abu Mudi.
Ternyata, pertemuan itu telah dilakukan setelah beberapa kali permintaan dari kedua belah pihak, namun terjadi missinformasi yang berujung pada kegaduhan politik.
Peristiwa ini mengingatkan pentingnya bagi seorang pemimpin untuk menjaga kata-kata dan ungkapan, sehingga tidak menimbulkan dampak negatif di masyarakat. Keduanya, baik Dek Fadh maupun Abu Mudi, menjadi korban dari situasi yang tidak diinginkan.
“Kejadian ini diharapkan menjadi pelajaran berharga bagi para pemimpin agar lebih berhati-hati dan bijaksana dalam menyampaikan pernyataan, demi menjaga harmonisnya hubungan sosial dan politik di Aceh.”
Discussion about this post