MEDIAACEH.CO, Aceh Utara – Pasangan calon (paslon) tunggal Bupati dan Wakil Bupati Aceh Utara, Ismail A Jalil (Ayah wa) – Tarmizi Panyang, hadir dalam debat publik perdana Pilkada 2024 yang diselenggarakan Komisi Independen Pemilihan (KIP) di Aula Setdakab Aceh Utara, Landing, Kecamatan Lhoksukon, Selasa (5/11/2024) malam.
Paslon tunggal tersebut diusung Partai Aceh (PA) dengan 14 partai politik pendukung lainnya. Masing-masing, Partai SIRA, PAS Aceh, PKB, Nasdem, PAN, Demokrat, PKS, PNA, Gerindra, PSI, Golkar, PPP, PDA dan PDIP.
Debat publik yang mengusung tema ‘Mewujudkan Aceh Utara yang maju dan sejahtera melalui pembangunan ekonomi dan sosial yang inklusif’ itu dipandu moderator, Dosi Elfian. Sementara tiga panelis yaitu, Prof. Dr. Jamaluddin, S.H., M.Hum (Guru Besar Universitas Malikussaleh/Unimal), Dr. Baidhawi, S.P., M.P (Dekan Fakultas Pertanian Unimal) dan Dr. Murhaban, S.E., M.SI., AK.CA (Wakil Dekan Administrasi Umum dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unimal). Pertanyaan ketiga panelis diserahkan kepada Ketua KIP Aceh Utara, Hidayatul Akbar, untuk dibacakan moderator.
Dalam sambutannya, Hidayatul Akbar menyampaikan pandangannya terkait pentingnya debat publik ini. Ia menekankan, momen ini bukan sekedar formalitas, namun bagian krusial dalam memperkokoh pilar demokrasi di tingkat daerah.
“Debat ini menjadi ajang yang mempertemukan visi, misi dan gagasan para calon pemimpin dalam menghadapi berbagai isu di kalangan masyarakat,” kata Dayat, demikian kerap disapa.
Dalam debat itu, Ayahwa dan Panyang mengawali visi mereka dengan misi untuk “Mewujudkan Aceh Utara Bangkit, Sejahtera, Bermartabat, dan Berkelanjutan.” Program unggulan Meuligoe Panglima, yang berarti “Lima Pilar untuk Aceh Utara Bangkit,” mencakup upaya serius di berbagai sektor utama.
Ayahwa dan Panyang berjanji akan mendorong kebangkitan ekonomi di sektor-sektor unggulan seperti pertanian, perikanan, dan perkebunan, yang selama ini menjadi kekuatan masyarakat lokal Aceh Utara. Keduanya berkomitmen untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dengan memperkuat UMKM dan memastikan pemerataan yang dapat dirasakan hingga ke pelosok daerah.
“Makna dari Aceh Utara bangkit merupakan bangkit dari sektor ekonomi, pendidikan, kebudayaan, kesehatan dan sebagainya. Sedangkan arti dari sejahtera adalah rakyat makmur serta dapat ditingkatkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Begitu juga dengan pembangunan infrastruktur maupun tata kelola pemerintahan yang baik,” benernya.
Dalam sub tema “Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi’, dijelaskan bahwa pariwisata sebagai salah satu sektor strategis untuk pertumbuhan ekonomi sekaligus sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Aceh Utara, apabila dikembangkan atau dikelola secara profesional. Bagaimana strategi pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Aceh Utara dalam pengembangan sektor pariwisata secara profesional? Pertanyaan panelis yang dibacakan moderator itu ditujukan kepada Calon Bupati Aceh Utara, Ayahwa.
Ayahwa menjawab, “Pusat peradaban Islam pertama terletak di Samudra Pasai. Oleh karenanya kami berkomitmen, menjadikan situs sejarah makam Sultan Malikussaleh dan makam Cut Nyak Meutia sebagai wadah diplomasi untuk mengundang para investor dari mancanegara. Jadi, selama ini khususnya di Aceh Utara, terkait objek wisata tidak dilestarikan oleh pemerintah. Maka ke depannya jika Allah SWT mengizinkan kami sebagai Bupati dan Wakil Bupati Aceh Utara, akan kami lestarikan lokasi wisata-wisata seperti Makam Malikussaleh maupun makam Cut Nyak Meutia, juga kita undang pihak investor dan akan meningkatkan PAD.”
Kemudian, lanjut Ayahwa, pihaknya akan mengupayakan promosi wisata secara maksimal bahwa di Aceh Utara juga terdapat objek wisata yang indah. Lalu melestarikan situs budaya sejarah dan pemberdayaan berbasis kearifan lokal dan lainnya sesuai syariat Islam di Aceh. Maka ke depan akan berkomitmen terhadap kebudayaan dalam rangka menuju Aceh Utara bangkit.
“Karena kita melihat selama ini sudah cukup banyak mengadopsi budaya orang lain, dan seakan tenggelam terhadap budaya kita (Aceh) itu sendiri. Tentunya kami akan melakukan pemberdayaan budaya-budaya lokal, khususnya di Aceh Utara. Kita juga mendorong partisipasi masyarakat dalam hal kemajuan dari kebudayaan tersebut,” kata Ayahwa.
Tak hanya itu, perhatian pada peningkatan kualitas hidup diwujudkan dalam program Meurunoe Beusihat Meuseuniya, yang mencakup pembangunan di bidang pendidikan, kebudayaan, kesehatan, dan kepemudaan.
Ayahwa dan Panyang menyadari bahwa pembangunan sumber daya manusia adalah investasi jangka panjang yang sangat dibutuhkan bagi masa depan yang lebih baik. Untuk mendukung hal ini, mereka juga akan memperluas akses infrastruktur dan menciptakan tata kelola pemerintahan yang transparan, serta akuntabel.
Di sisi lain, pilar Meu Agama menyoroti pentingnya menanamkan ajaran Ahlussunah Waljamaah dan penerapan syariat Islam dalam membangun Aceh Utara. Ayahwa dan Panyang meyakini, dengan landasan agama yang kokoh, solidaritas sosial di kalangan masyarakat akan semakin kuat, baik melalui ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah, maupun ukhuwah basyariyah.
Dalam pernyataan akhir, Ayahwa dan Panyang menyampaikan, janji-janji yang mereka utarakan malam itu akan menjadi komitmen yang dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.
Debat publik itu dihadiri Panwaslih dan Komisioner KIP Aceh Utara, perwakilan partai pendukung, tim perumus debat terbuka dan sejumlah tamu undangan lainnya. Acara itu mendapat pengawalan ketat dari pihak keamanan Polres Aceh Utara, dibantu Satpol PP. []
Discussion about this post