MEDIAACEH.co, Banda Aceh – Senator DPD RI asal Aceh, HM Fadhil Rahmi Lc Mag, atau akrab disapa Syech Fadhil berharap perdamaian di Aceh berjalan abadi. Hal ini dinilai penting untuk mengejar ketertinggalan Pembangunan di Aceh dibanding dengan provinsi lainnya di Nusantara.
“Saya berharap damai di Aceh berjalan abadi. Damai di Aceh masih seumur jagung. Baru 18 tahun,” ujar Syech Fadhil saat ditanya wartawan terkait peringatan Hari Damai Aceh yang diperingati pada 15 Agustus mendatang.
Menurut Syech Fadhil, Sejarah Aceh mencatat konflik yang panjang. Dimana, pemberontakan DI TII dicetuskan oleh Daud Beureueh pada 20 September 1953 dan berakhir dengan ikrar Lamteh pada 18-22 Desember 1962.
“Artinya konflik DI/TII berjalan hampir 9 tahun lamanya. Kemudian Wali Nanggroe Hasan Tiro mendeklarasikan Aceh Merdeka pada 4 Desember 1976. Berartikan fase damainya dari ikrar Lamteh ke deklarasi Halimun cuma 14 tahun. Kemudian konflik lagi hingga MoU Helsinki pada 15 Agustus 2005. Itu konflik hampir 30 tahun,” ujar senator yang dikenal dekat dengan para ulama kharismatik Aceh.
“30 tahun konflik membuat semua sektor di Aceh lumpuh. Termasuk sarana pendidikan. Sedangkan Pembangunan baru berjalan 18 tahun selama damai. Inilah mengapa saya berharap damai ini mesti dipertahankan. Kita baru memulai untuk mengejar ketertinggalan,” ujar sahabat Ustadz Abdul Somad ini.
“Jangan sampai kita diprovokasi oleh pihak yang tak senang dengan damai Aceh sehingga terjerumus kembali dalam konflik,” ujar Syech Fadhil.
Menurut Syech Fadhil, bangsa yang besar adalah bangsa yang belajar dari cacatan sejarah di masa lampau.
“Jangan warisi generasi Aceh di masa depan dengan konflik. Investasi paling berharga sebenarnya adalah pendidikan. Maka selama fase damai ini, saya berharap seluruh anak Aceh memperoleh pendidikan tinggi untuk membangun daerahnya sendiri di masa depan,” ujar senator yang memiliki puluhan anak asuh di Aceh ini.
“Konflik di Aceh adalah periode terpahit. Jangan sampai kisah lama kembali terulang di Aceh sehingga pondasi pembangunan di Aceh kembali hancur. “
“Didik generasi Aceh dengan karakter ke-Aceh-an. Ke-Aceh-an itu seperti memiliki ilmu agama dan umum yang kuat dan bangga sebagai bangsa Aceh,” ujarnya lagi.[]
Discussion about this post