MEDIAACEH.co, Banda Aceh – Tokoh muda Aceh, Sayed Muhammad Muliady SH menilai salah satu faktor Aceh tidak bisa berkembang karena cara pandang atau paradigma pemerintah pusat kepada Aceh yang salah.
“Aceh selama ini dipandang sebagai pintu belakang republik. Itu kesalahan paling fatal selama 78 tahun Indonesia merdeka,” kata Sayed saat menjadi narasumber program Selamat Pagi Indonesia yang disiar Metro TV, Jumat 11 Agustus 2023.
“Seharusnya Aceh dianggap pintu depan republik. Yaitu pintu gerbang republik. Kenapa pintu gerbang republik, di atas Aceh ada 2 miliar manusia. Ada Cina, ada India, ada Eropa, ada Arab yang potensi ekonominya luar biasa. Kalau dari pintu belakang, mereka nggak masuk ke sini,” sambungnya.
Pria yang akrab disapa Bang Sayed ini menggambarkan, apabila Aceh sebagai pintu depan, maka kapal-kapal dari Eropa yang melintasi samudera tidak perlu lagi transit ke Singapura tapi bisa singgah di Sabang.
“Contoh saja Sabang, sudah pariwisatanya bagus, luas wilayahnya juga besar. Satu bisnis saja (dikembangkan), kita tidak bicara yang lain, bisnis air bersih. Kira-kira mana lebih mahal, di Singapura atau di Sabang,” ungkapnya.
Tapi jika pemerintah pusat selalu memandang Aceh dari pintu belakang, sampai kiamat Aceh tidak maju. “Tapi kalau Aceh dipandang sebagai pintu depan, insyaallah lebih hebat dari Singapura,” ungkap mantan anggota DPR RI ini.
Di sisi lain, Pemerintah Aceh juga harus meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) agar memiliki generasi yang cerdas. Menurut Sayed, Aceh tidak berkembang karena selama ini Aceh menjadi daerah yang tertutup.
“Aceh dijadikan daerah tertutup, padahal banyak hal yang tidak bisa dieksplor. Jadi anak-anak Aceh yang pintar seperti katak di bawah tempurung. Terkunci. Padahal kemampuan berpikir, cara menganalisa luar biasa,” imbuhnya.[] (*)
Discussion about this post