MEDIAACEH.CO, Aceh Utara – Kementerian Pertanian (Kementan) telah menetapkan beberapa wilayah di Jawa Timur dan Aceh sebagai daerah yang terserang Penyakit Mulut dan Kuku (PKM) pada ternak. Penyakit tersebut menyebar cepat melalui udara dan kontak langsung.
Merespon permasalahan tersebut, Pemkab Aceh Utara melalui Dinas Perkebunan, Peternakan dan Kesehatan Hewan meminta peternak mengkarantina atau mengasingkan sapi terindikasi penyakit mulut dan kuku (PMK) agar tidak menular ke hewan ternak lainnya.
Dimana diketahui, di Aceh Utara sebanyak 139 ekor sapi terindikasi wabah PMK yang tersebar di 12 kecamatan. Di antaranya, 7 ekor di Kecamatan Langkahan, 8 ekor di Kecamatan Baktiya, 9 ekor di Kecamatan Tanah Jambo Aye, 73 ekor di Kecamatan Lhoksukon,1 ekor di Kecamatan Seunuddon, 4 ekor di Kecamatan Dewantara, 1 ekor di Kecamatan Tanah Luas, 2 ekor di Kecamatan Nisam Antara , 21 ekor di Kecamatan Kuta Makmur, 2 ekor Kecamatan Meurah Mulia, 8 ekor di Kecamatan Cot Girek, dan 3 ekor di Kecamatan Muara Batu.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Perkebunan, Peternakan dan Kesehatan Hewan Aceh Utara, populasi ternak besar di Aceh Utara. Terdapat sapi 117.800 ekor dan untuk kerbau 5.828 ekor. Namun sejauh ini belum ada ternak yang mati akibat PMK.
Sekretaris Dinas Perkebunan, Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Aceh Utara, drh. Muzakir mengatakan, saat ini pihaknya telah mengupayakan seluruh kemampuan yang ada dengan melibatkan seluruh kepala puskeswan di 13 Puskeswan dan petugas peternakan kecamatan untuk terus monitor di lapangan. Pihaknya juga selalu berkoordinasi dengan Polsek setempat lewat Bhabinkamtibmas.
“Sapi yang terindikasi PKM sudah dikarantina atau diasingkan sebagai upaya mencegah penularan penyakit tersebut. Karena itu, kami minta peternak mengkarantina ternaknya yang terindikasi PMK,” ujar Muzakir.
Ia menyebutkan, saat ini petugas sudah mengambil sampel darah pada sapi yang terindikasi PMK dan segera dikirim ke Balai Veteriner Medan untuk diuji laboratorium.
“Sapi – sapi yang terindikasi PMK tersebut belum mengarah Positif PMK kerena belum ada hasil dari uji laboratorium,” ucap Muzakir.
Selain itu, pihaknya juga telah melakukan berbagai upaya pencegahan penyebaran PMK. Salah satunya dengan menutup Pasar Hewan Terpadu Pantonlabu untuk sementara waktu.
“Untuk mencegah penyebaran wabah PMK, maka harus dibatasi pengawasan terhadap lalu lintas ternak. Hewan yang dilaporkan sakit kita obati dengan antibiotik, anti peuritik dan injeksi vitamin untuk peningkatan antibodi. Saat ini untuk Aceh Utara sendiri belum ada vaksin,” pungkas Muzakir. []
Discussion about this post