MEDIAACEH.CO, Banda Aceh – Universitas Syiah Kuala melalui Sidang Terbuka yang dipimpin oleh Rektor Unsyiah Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng IPU, kembali mewisudakan sebanyak 1.201 lulusan Sarjana/Pendidikan Profesi/Spesialis/Pascasarjana periode November 2019 – Januari 2020 di Gedung AAC Dayan Dawood, Banda Aceh, Rabu 5 Februari 2020.
Rektor mengatakan dari jumlah lulusan tersebut, 38 orang di antaranya lulus dengan predikat pujian, atau Cumlaude. Dan setelah upacara wisuda pada periode ini, maka secara keseluruhan jumlah alumni Unsyiah menjadi 129.970 orang.
Seperti tradisi wisuda Unsyiah sebelumnya yaitu wisudawan mendapatkan materi motivasi. Kali ini, hadir untuk menyampaikan pidato motivasi yaitu Alumni Fakultas Teknik Unsyiah Ir. Dody Noza, yang saat ini menjabat sebagai Technical & Operation Director PT. Perta Arun Gas.
Dalam sambutannya, Rektor mengungkapkan setiap tahun ada sekitar satu juta lulusan baru perguruan tinggi dihasilkan oleh seluruh perguruan tinggi di Indonesia. Oleh karena itu, persaingan untuk memperoleh lapangan kerja semakin sulit. Hal ini diperparah dengan kenyataan, bahwa laju pertumbuhan jumlah alumni perguruan tinggi jauh lebih cepat daripada laju pertumbuhan lapangan pekerjaan.
Maka tidaklah mengherankan, ratusan ribu alumni perguruan tinggi masih tercatat sebagai pengangguran terbuka hingga saat ini. Data terkini dari Badan Pusat Statistik melaporkan, hingga Agustus 2019 yang lalu jumlah pengangguran terbuka di seluruh Indonesia mencapai 7,05 juta orang. Di antara jumlah tersebut, sebanyak 737.000 orang merupakan lulusan perguruan tinggi.
“Sementara itu, di Aceh jumlah angkatan kerja yang belum memperoleh pekerjaan sebanyak 147 ribu orang. Angka ini menempatkan Aceh pada posisi ke-8 sebagai daerah yang memiliki jumlah pengangguran terbanyak di Indonesia,” ucap Rektor.
Kedatangan Era Revolusi Industri 4.0 juga diyakini akan semakin memperketat persaingan untuk memperoleh pekerjaan. Apalagi pada era ini, tenaga manusia akan secara signifikan tergantikan dengan mesin-mesin otomatis berbasis kontrol digital.
Era ini akan bertumpu pada teknologi robotic, internet of thing, serta kecerdasan buatan (artificial intelligence), sehingga ratusan lapangan pekerjaan akan hilang atau minimal berkurang.
“Inilah sebabnya, alumni dari perguruan tinggi yang berorientasi konservatif akan sangat kesulitan untuk memperoleh pekerjaan. Sebab mereka relatif tidak mampu bersaing, sehingga sering termarjinalkan dalam kompetisi dan persaingan,” kata Rektor.
Secara umum, daya saing Indonesia tidak begitu baik. Laporan Global Competitiveness Index (GCI) 2019 yang baru dirilis oleh World Economic Forum (WEF), memastikan bahwa peringkat daya saing global Indonesia turun ke posisi 50 dari posisi 45 pada tahun lalu. Tak hanya penurunan peringkat, skor daya saing Indonesia juga turun 0,3 poin ke angka 64,6.
Oleh karena itu, Rektor berharap alumni Unsyiah mampu membuka mata dan pikiran mereka, dengan modal yang telah mereka dapatkan selama pendidikan, untuk berkreasi dan berinovasi di satu sisi, dan menjaga karakter dan akhlak mereka di sisi lainnya.
Alumni Unsyiah juga dituntut untuk mengubah pola pikir mereka dari konservatif menuju pola pikir yang kreatif dan inovatif. Mereka harus berani keluar dari zona nyaman dan lebih berani untuk mengambil risiko-risiko besar dalam mencoba.
Menurut Rektor, mereka yang berani mencoba umumnya akan lebih berkembang dibandingkan mereka yang lebih memilih diam karena takut keluar dari zona nyaman.
“Kami meyakini, dengan cara ini, para lulusan tidak akan tersisih dalam persaingan di Era Revolusi Industri 4.0, dan tidak hanya akan menjadi penambah jumlah pengangguran nantinya,” kata Rektor.
Discussion about this post