MEDIAACEH.CO, Muskat – Sultan Oman, Qaboos bin Said, meninggal dunia pada Jumat 10 Januari 2020 malam waktu setempat di usia 79 tahun. Ia diyakini mengidap sakit kanker usus besar sejak lama.
“Dengan rasa sedih, pengadilan Kesultanan Oman berduka. Sultan Qaboos bin Said kami yang dipilih Tuhan untuk berada di sisinya pada Jumat malam,” tulis kantor berita Oman seperti dilansir AFP.
Qaboos tidak memiliki anak dan belum secara terbuka menyatakan seorang pengganti untuk memimpin Oman.
Undang-undang tahun 1996 mencatat keluarga yang berkuasa akan memilih pengganti dalam waktu tiga hari untuk mengisi takhta ang kosong. Jika gagal untuk menyetujui, dewan pejabat militer dan keamanan, kepala mahkamah agung, dan kepala dua majelis akan menunjuk seseorang yang namanya telah ditulis secara diam-diam oleh sultan dalam surat tertutup.
Qaboos memerintah Oman selama hampir setengah abad dan terhitung sebagai pemimpin terlama di negara Teluk Arab. Ia memerintah setelah mengambil takhta dalam kudeta pada 1970 dengan bantuan Inggris, bekas kekuatan kolonial Oman.
Di bawah pemerintahannya, Oman mendapat dukungan dari negara-negara Barat.
Pemerintahannya pernah menghadapi pemberontakan bersenjata dari kelompok komunis di Yaman selatan yang dikenal dengan perang Dhofar. Atas bantuan beberapa negara, pemerintahannya berhasil melawan gerakan perlawanan para pemberontak sehingga ia tetap mempertahankan takhtanya.
Qaboos menjadikan Oman sebagai salah satu negara yang menganut pemerintahan demokrasi. Pemilihan umum langsung membuat Oman melahirkan pemimpin pemerintahan yang diisi oleh kalangan perempuan.
Qaboos juga kerap membuat keputusan politik berdasarkan musyawarah mufakat yang berjalan baik untuk pemerintahan federal, provinsi, lokal, dan wakil-wakil suku. ‘Warisan’ tersebut menjadi peninggalan pemerintahan demokratis bagi warga Oman.[] (CNNIndonesia.com)
Discussion about this post