MEDIAACEH.CO, Banda Aceh – Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) bekerja sama dengan Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) dan Pemerintah Aceh menggelar Seminar Internasional dengan tema Refleksi Arsip Tsunami Samudera Hindia sebagai Memory of the World pada Kamis, 5 Desember 2019 di Hotel Hermes Palace, Banda Aceh. Seminar ini dilaksanakan dalam rangka peringatan peristiwa Tsunami Samudera Hindia yang terjadi tahun 2004, 15 tahun lalu.
Kegiatan ini menghadirkan pembicara dari dalam dan luar negeri yang diawali oleh Rektor Unsyiah, Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng. selaku Keynote Speech dalam seminar ini. Dalam materinya, Samsul memaparkan bagaimana Peran Universitas dalam Pembentukan Pusat Dokumentasi dan Studi Bencana.
Pada kesempatan yang sama pula dilaksanakan penandatangan kerja sama antara ANRI dengan Unsyiah dalam bidang riset kebencanaan dan penyelenggaran kearsipan di lingkungan perguruan tinggi. Selain itu juga kerja sama antara ANRI dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tentang Penanggulangan Bencana dan Kearsipan. Kedua kerja sama dimaksud memiliki kesamaan ruang lingkup yaitu pembentukan pusat studi arsip kebencanaan.
Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala ANRI, Dr. M. Taufik mengatakan, serangkaian kegiatan ini bertujuan untuk mengingatkan (merefleksikan) kembali diakuinya Arsip Tsunami Samudera Hindia sebagai memori warisan dunia melalui registrasi di International MoW Register UNESCO pada tahun 2017.
“Pengakuan ini membuktikan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang mampu melestarikan warisan dokumenter untuk kepentingan masyarakat dunia” ungkapnya.
Sejak dicantumkannya Arsip Tsunami Samudera Hindia dalam International Memory of the World Register, ANRI senantiasa melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan kualitas pelestarian terhadap arsip tersebut yang salah satunya diwujudkan melalui pembangunan Depot Arsip Statis Balai Arsip Statis dan Tsunami (BAST) di Bakoy, Ingin Jaya Aceh Besar yang diresmikan oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Tjahjo Kumolo. Pembangunan gedung ini merupakan upaya konkret dalam meningkatkan kualitas preservasi Arsip Tsunami Samudera Hindia agar kelestariannya dapat terjaga bagi generasi yang akan datang. Selain itu, fasilitas ini diproyeksikan akan menjadi infrastruktur penting dalam pembentukan Pusat Studi Arsip Kebencanaan yang akan dikembangkan bersama Unsyiah.
Arsip Tsunami Samudera Hindia telah diakui oleh UNESCO melalui program Memory of the World pada 30 Oktober 2017. Arsip tersebut merupakan rekaman tentang peristiwa bencana tsunami, proses mitigasi, serta proses rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana. Arsip Tsunami Samudera Hindia terdiri dari arsip tekstual sepanjang 9,3 KM Linier, arsip foto sebanyak 500 lembar, arsip rekaman suara sebanyak 196 kaset, arsip video magnetic sebanyak 13 kaset, serta arsip elektronik dalam bentuk CD/DVD sebanyak 1.230 keping. Pernominasian Arsip Tsunami Samudera Hindia dilakukan melalui nominasi bersama (atau Joint Nomination) yang dilakukan oleh Indonesia dan Sri Lanka.
Arsip Tsunami Samudera Hindia merekam peristiwa tsunami maha dahsyat yang terjadi pada 26 Desember 2004 dengan ketinggian gelombang mencapai 30 meter serta menimbulkan kerusakan di berbagai negara seperti Indonesia, Sri Lanka, India, Malaysia, Myanmar, Bangladesh, Thailand dan 12 negara lainnya serta menelan korban mencapai kurang lebih 310.000 jiwa. Peristiwa ini juga menjadi salah satu tonggak sejarah kebencanaan dunia yang belum pernah terjadi sebelumnya. Di sisi lain, Arsip Tsunami Samudera Hindia juga menggambarkan Solidaritas Antar Bangsa dari berbagai penjuru dunia yang saling bahu membahu dalam memberikan bantuan kepada daerah – daerah yang terdampak bencana.
Kegiatan ini dihadiri oleh pimpinan tinggi berbagai institusi seperti Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KEMENPAN RB) yang dalam hal ini Staf Ahli Bidang Politik dan Hukum, Tin Zuraida, Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Syarif Bando, pimpinan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Pemerintah Aceh, Pemerintah Provinsi Jawa Barat Serta Ketua Komite Memory of the World Indonesia, Dr. Mego Pinandito.[]
Discussion about this post