MEDIAACEH.CO, Banda Aceh – Ada yang unik pada event Aceh International Percussion (AIPER) tahun 2019. Perhelatan yang digelar Pemerintah Aceh melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) ini menghadirkan pabrik rapai. Tujuannya, mengedukasi pengunjung dan memberikan pengalaman estetis yang diperoleh peserta dengan membuat langsung sebuah rapai sebagai alat perkusi Aceh.
Selain itu, peserta workshop pembuatan rapai juga dibekali pemahaman seputar alat pukul khas Aceh itu yang sarat akan nilai sejarah dan filosofi keacehannya.
AIPER ini diselenggarakan di Stadion Cot Gapu, Bireuen, pada 12-15 Oktober 2019. Rencananya, kegiatan ini dibuka oleh Plt Gubernur Aceh. Beragam pertunjukan akan dihadirkan pada prosesi pembukaan. Seperti, pertunjukan massal Rapai Pulot Ghrimpeng berkolaborasi dengan Rapai Pasee yang dibawakan oleh sanggar-sanggar seni di bawah asuhan Dewan Kesenian Aceh (DKA) Kabupaten Bireuen. Performance ini bertujuan mengangkat khasanah perkusi asal Bireuen yang terkenal, yaitu Rapai Pulot Grimpheng.
Tidak sebatas itu, pada malam pembukaan, pengunjung akan dimanjakan dengan konsep pembukaan berbentuk pertunjukan dengan mengolaborasikan lighting show & motion graphics visual.
Kegiatan yang berlangsung selama empat hari ini juga akan diramaikan dengan penampilan dari dua Negara. Kedua Negara dimaksud yakni India yang akan menampilkan perkusi khasnya menyerupai gendang bersama alat petik lain. Sedangkan utusan China, akan menampilkan Barongsai dengan alat pukul khas. Selain itu, terdapat enam utusan provinsi lain ikut ambil bagian. Keenam grup dimaksud yakni Papua, Makassar, Riau, Bengkulu, dan Sumatera Utara yang menurunkan dua grup kesenian. Seluruh utusan provinsi akan menampilkan sajian perkusi terbaik dari daerahnya masing-masing, seperti Gondang Sembilan dan sebagainya.
“Kami harapkan, sajian-sajian yang ditampilkan pada panggung Aceh International Percussion ini, bisa menghibur dan menambah daya tarik wisatawan berkunjung ke Aceh dan konsep acara Aceh International Percussion di Bireuen akan menggagas konsep pertunjukan Syariah,” ujar Suburhan, Kabid Seni dan Bahasa Disbudpar Aceh.
Acara yang didukung penuh pemerintah Kabupaten Bireuen merumuskan tema “Perkusi; Meretas Sekat Tradisi Dunia. Ada empat yang dirangkum pada AIPER ini. Program dimaksud berupa International and Nusantara Percussion Art Performance, Appreciation of Arts & Urban Stage, Percussion Art Carnival, Workshop Pembuatan Rapai, Bazar Wisata and Kuliner. Khusus di panggung International and Nusantara Percussion Art Performance, pada malam penutupan akan dimeriahkan dengan penampilan Sabyan Gambus.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Jamaluddin, mengharapkan dengan terselenggaranya event ini, bisa menarik wisatawan lokal dan mancanegara untuk datang ke Aceh. Tujuannya, mempromosikan Aceh khususnya alat musik perkusi rapai kepada dunia.
“Rapai merupakan instrument perkusi khas Aceh memiliki nilai tinggi. Namun, butuh usaha untuk mengenalkannya ke pasar dunia. Selain itu, dengan mengapresiasi kesenian, khususnya perkusi modern dan tradisional Aceh, akan menjadi salah satu cara menghilangkan sekat pemisah yang menjadikan kesan kuno pada tradisi. Masing-masing memiliki kelebihan dan nilai sendiri. Dan, rapai, layak menjadi salah satu instrument perkusi dunia,” jelas Jamaluddin.
Sasaran dilaksanakan program ini agar memantik antusias masyarakat Aceh menggalakkan kembali seni dan budaya daerah. Selain itu, memicu semangat kawula muda dan masyarakat umum lebih mengenal serta belajar mengenai kesenian musik tradisional yang berhubungan dengan perkusi modern atau tradisional.
“Sasaran lainnya yakni menyuguhkan penampilan kolaborasi perkusi modern dan tradisional mengandalkan gemuruhnya suara perkusi serta menggali minat, potensi, dan kreativitas pecinta musik perkusi Aceh. Kami memohon dukungan seluruh masyarakat untuk menyukseskan kegiatan ini,” pungkas Jamaluddin.[]
Discussion about this post