MEDIAACEH.CO, Banda Aceh – Pemerintah Aceh yang diprakarsai oleh Dinas Pendidikan Dayah memeluncurkan logo dan maskot Musabaqah Qiraatul Kutub (MQK) Tahun 2019 di Kyriad Muraya Hotel Banda Aceh, Rabu 25 September 2019.
Makna untuk logo MQK 2019 yang membentuk seuntai bunga khas Aceh yaitu Bungong Meulu dan rempah khas Aceh Bungong Lawang Kleng. Logo ini terbentuk dari bintang 8 dengan istilah Najmat al-Quds atau Rub al-Hizb yang merupakan bentuk geometris islam yang universal.
Secara semiotika, logo dapat dianalogikan dari gabungan 2 persegi (kotak) antara Ka’bah dan Baitul Makmur, sehingga membentuk 8 sudut. Diharapkan memberikan keseimbangan, kekuatan dan keagungan. Perpaduan 2 warna (Hijau dan Kuning) bermakna program unggulan Pemerintah Aceh (Aceh Meuadab dan Aceh Carong) yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Dayah Aceh.
Warna logo ini meliputi warna light coklat yang bermakna warna elemen bumi yaitu tanah yang mencerminkan bagian dari kehidupan.
Warna kuning-orange terkait dengan kitab kuning yang menjadi objek utama dari event Musabaqah Qiraatul Kutub, sebagaimana kitab kuning dapat menjadi salah satu pedoman dalam khazanah keilmuan.
Serta warna abu-abu yang merupakan warna ketenangan dan kebijaksanaan.
Sedangkan untuk Maskot MQK 2019 mengusung karakter “Aneuk Meudagang” yang berarti seorang santri yang menghabiskan waktu untuk menuntut ilmu di dayah. Maknanya adalah representasi dari karakteristik santri yang berpegang teguh pada prinsip muru’ah (moral probity) dengan mengenakan pakaian adat meuseukah, kain sarung, kupiah aceh, alas kaki sandal. Secara semiotic, mascot tersebut menampilkan impresi optimistis, semangat juang, sederhana dan bersahaja sebagaimana karakter santri yang sesungguhnya.
Hal ini tergambarkan dari setiap yang disandang oleh santri sehari-hari seperti makna dari Kupiah/peci khas Aceh menggunakan warna dasar hitam dengan ornament tradisional memiliki cerminan budaya lokal dan spiritualitas yang kedua ketika santri membawa kitab yaitu Perilaku kinetik (Bahasa Tubuh) yang menunjukkan sikap yang menjunjung tinggi kitab kuning sebagai sumber keilmuan, yang ketiga Kain sarung yaitu bukanlah barang yang bernilai tinggi dan mewah namun memiliki kekayaan Nusantara, yang menyatukan stratikasi sosial dengan tujuan persatuan dan kesatuan antar sesama dan yang keempat yaitu Alas kaki ialah salah satu cerminan hidup sederhana dan tidak bermewah-mewah. Alas kaki juga bagian langkah preventif yang melindungi kaki dari bahaya dalam perjalanan. Secara ilosois, alas kaki menjadi pelindung utama dari pijakan dasar santri (ilmu adab).
Ketua Penyelenggara Acara, Muhammad Nasir yang juga Kabid Pemberdayaan Santri di Dinas Pendidikan Dayah Aceh mengatakan Musabaqah Qiraatul Kutub 2019 ini akan berlangsung dari tanggal 29 Nov-03 Des 2019 yang bertempat di Asrama Haji Embarkasi Aceh di Banda Aceh dan akan di ikuti oleh 460 peserta yang didampingi oleh 92 orang dari 23 Kabupaten/Kota se Aceh.
Untuk cabang yang akan diperlombakan mencakup 10 cabang diantaranya, Fiqh, Ushul Fiqh, Hadist, Tafsir, Tauhid, Tarikh, Akhlaq, Nahw, Pidato Bahasa Arab dan Pidato Bahasa Indonesia. Insya Allah pembukaan acara akan kita laksanakan di Halaman Mesjid Raya Baiturrahman, ujar Muhammad Nasir.
Sementara itu Darmansyah, Staf Ahli Gubernur Aceh Bidang Keistimewaan, SDM dan Hubungan Kerjasama Aceh yang mewakili Pemerintah Aceh dalam sambutannya menyampaikan apresiasinya kepada Dinas Pendidikan Dayah Aceh karena telah melestarikan tradisi intelektual di dayah.
“Harapan kita bersama, melalui musabaqah ini dapat meningkatkan aktivitas membaca kitab kuning, terutama dikalangan para santri. Selain itu, dapat meningkatkan pencitraan pendidikan dayah dalam penguasaan ilmu agama Islam bagi para santri dan ulama,” katanya.
Darmansyah mengatakan, Pemerintah Aceh berbangga sekali jika nanti dari MQK ini muncul santri-santri yang berprestasi serta dengan Launching logo dan maskot MQK ini akan menjadi simbol yang mampu menyemarakkan penyelenggaraan event MQK nantinya. Namun, yang terpenting dari semua itu, kegiatan MQK berjalan lancar dalam suasana kondusif.
Kepala Dinas Pendidikan Dayah Aceh H Usamah El-Madny saat dimintai tanggapannya selesai acara mengatakan bahwa launching Logo dan Maskot merupakan bagian yang tak terpisahkan dari rangkaian menuju suksesnya sebuah acara.
“Kita sangat serius dalam membuat kegiatan perlombaan Kitab Kuning ini, bagiamana Logo dan Maskot ini menciptakan ikatan emosional antara kalangan dayah dengan masyarakat, yang dengan sendirinya hal ini akan mengangkat image dayah dan kitab kuning itu sendiri,” katanya.
Pihaknya ingin membuat Kitab Kuning ini lebih dikenal oleh semua kalangan masyarakat Aceh, sehingga masyarakat tertarik untuk mempelajarinya atau mengantarkan anak untuk belajar kitab kuning di Dayah, dan ini akan menjadi trend positif untuk dayah, untuk itu mohon dukungan terutama dari kalangan dayah agar suksesnya acara Musabaqah Qiraatil Kutub ke-1 Tingkat Provinsi Aceh ini.
“Kita juga berharap agar momentum MQK 2019 ini dapat membangkitkan semangat para santri dayah untuk meningkatkan aktifitas baca kitab kuning yang mana agar para santri dapat menguasai ilmu agama secara menyeluruh,” kata alumni Dayah Bustanul Ulum Samalanga ini.
Musabaqah Qiraatul Kutub ini juga diselenggarakan untuk dapat memotifasi dan meningkatkan kemampuan santri dalam melakukan kajian dan pendalaman ilmu-ilmu agama islam yang bersumber dari kitab kuning sebagai bagian dari proses kader ulama dan tokoh masyarakat dimasa yang akan datang.
Discussion about this post