MEDIAACEH.CO, Banda Aceh – Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Provinsi Aceh menggelar Forum Grup Diskusi (FGD) tentang Peyampaian Visi-Misi Program Studi Baru Kajian Sastra dan Budaya di Aula MAA Aceh, Rabu, 10 Juli 2019.
Rektor ISBI Aceh Dr. Mirza Irwansyah, MBA, MLA., menyebutkan sejauh mana prodi baru kajian sastra dan budaya relevan terhadap pendidikan di Aceh.
“We dont heritage sastra dan budaya di Aceh harus kita jaga, karena kita meminjamnya. Aceh yang kaya dengan voklor belum ada program studi S1 yang menyentuh dengan sastra dan budaya. Prodi Seni sudah ada 6 di ISBI. Sementara Sastra dan Budaya belum ada. Untuk itu kita membutuhkan Prodi ini. Melalui prodi kajian sastra dan budaya, nantinya kearifan lokal sastra dan budaya di Aceh dapat di jaga dan dikaji lebih mendalam,” kata Mirza dalam siaran pers yang diterima mediaaceh.co, Kamis 11 Juli 2019.
Maka dari itu, Mirza mohon dukungan peserta FGD seluruhnya untuk dapat memberi dukungan berupa saran dan masukan baik untuk terbentuknya dan setelah terbentuknya program studi kajian sastra dan budaya.
“Dan ke depannya, prodi lain juga akan menjadi fokus ISBI selanjutnya, seperti design interior, culinari, fashion. Yang keseluruhan prodi tersebut menjadi motor dalam menjaga sastra, budaya dan kesenian Aceh. Walaupun teknologi sedang dikampanyenkan secara global, diharapkan melalui ISBI Aceh, dapat menyeimbangkan teknologi tersebut dengan industri ekonomi kreatif,” ujarnya.
Sementara itu, Wakil Rektor bidang Akademik ISBI Drs. Yusri Yusuf, M.Pd., menyampaikan ISBI di Aceh sudah 5 tahun berdiri dan baru memiliki prodi-prodi seni yakni Prodi Seni Rupa Murni, Seni Kriya, Seni DKV, Seni Karawitan/ Musik, Seni Tari, dan Seni Teater.
“Sedangkan prodi sastra dan budaya belum dimiliki ISBI, sehingga ISBI menjadi cerobong membangun peradaban berbasis seni dan budaya,” kata Yusri Yusuf .
Menurutnya, Aceh tidak terlepas dari sastra, itu dapat dibuktikan dengan pendidikan anak oleh orang tua sejak bayi dengan syair doda idi-nya.
“Lantas, mengapa perlu dibuka prodi ini? Menjadi sayap kedua agar ISBI seimbang, karena sayap pertama ISBI adalah Seni,” sebutnya.
Nantinya, kata Yusri, prodi akan dikembangkan lagi menjadi fakultas ke depannya. Panitia yang terlibat dalam penyusunan prodi ini adalah para anak muda yang berlatar belakang keilmuan Sastra dan Budaya.
“Mereka telah bekerja selama 6 bulan untuk pembukaan prodi baru ini dan telah menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan, akan tetapi dukungan dan masukan tentang visi dan misi sangat diharapkan dari semua yang hadir pada hari ini, agar segala sesuatu ke depannya yang menyangkut dengan prodi ini akan menjadi tanggung jawab kita bersama demi kemajuan ISBI sebagai kampus Seni dan Budaya di Aceh, dan demi kemajuan keilmuan sastra dan budaya Aceh dikemudian hari,” katanya.
Kegiatan tersebut dihadiri oleh 24 orang pakar dan tokoh yang berkecimpung di bidang Sastra dan Budaya. Diantaranya ada yang hadir, Guru besar UIN Ar-Raniry Prof. Drs. Yusni Saby, Ph.D, Guru Besar Unsyiah Prof. Dr. Darwis A. Sulaiman. Mantan Ketua MAA Badruzzaman, M.Hum, perwakilan dari Disbubpar Aceh, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kota Banda Aceh, BPNB, Wartawan, dosen FKIP Unsyiah, Dosen UIN Ar-Raniry, ada juga sastrawan dan budayawan seperti Fauzan Santa, Medya Hus, dan T.A Sakti dan Lain-lain.[]
Discussion about this post