MEDIAACEH.CO, Banda Aceh – Atsiri Research Center (ARC) Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), bekerja sama dengan Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI), Dharma Wanita Persatuan (DWP) Aceh, Flower Aceh, dan Aceh Australian Alumni (AAA) membahas rencana pengembangan desa wisata atau desa inovasi nilam di Aceh. Focus Group Discussion (FGD) ini dibuka oleh Wakil IV Unsyiah, Dr. Hizir di Gedung DWP Provinsi Aceh, Selasa 2 Juli 2019.
Dalam kesempatan ini, Kepala ARC Unsyiah, Dr. Syaifullah Muhammad mengatakan, Unsyiah dan Bappeda Aceh telah melakukan penelitian terkait nilam, yang berfokus pada persoalan yang terjadi dalam industri nilam di Aceh. Hasilnya, mereka menemukan 30 persoalan serius, salah satunya adanya ‘permainan’ dari eksportir luar yang membuat petani nilam mengalami kerugian. Banyaknya persoalan itu membuat banyak masyarakat menjadi enggan menanam nilam.
Dari berbagai persoalan tersebut, lanjut Syaifullah, mereka membuat program masterplan, yang terangkum secara komprehensif dari hulu ke hilir. Salah satu program tersebut adalah membangun desa wisata nilam di Aceh. Ini adalah salah satu upaya membantu masyarakat menjual minyak nilam, atau produk turunan nilam, sehingga mereka tidak lagi bergantung dengan pihak luar.
“FGD hari ini tujuannya untuk menggabungkan berbagai pemikiran dan inovasi dari orang-orang yang sudah berpengalaman di sektor pariwisata. Kemudian kita akan membuat masterplan khusus untuk pembangunan desa wisata nilam tahun”, kata Syaifullah.
Wakil Ketua tim penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Aceh, Dyah Erti Idawati mengatakan, untuk meningkatkan kejayaan Aceh, salah satu yang harus difokuskan saat ini adalah sektor pariwisata karena potensi yang kita miliki sangat besar. Dyah memaparkan, saat ini, sudah ada slogan 1 village 1 produk, karena memang seharusnya seluruh pembangunan ekonomi harus berawal dari desa. Masalahnya, tambah Dyah, SDM desa kita yang belum cukup siap. Disinilah peran dari PKK, untuk menggerakkan masyarakat agar mereka memiliki komitmen yang kuat untuk membangun desa. Dyah mengaku akan mendukung rencana pengambangan desa inovasi nilam ini, dan siap untuk berada di garis depan.
Wakil Rektor IV Unsyiah mengatakan, nilam Aceh sudah terbukti sangat khas, tidak dimiliki oleh daerah lain. Nilam juga merupakan satu dari sembilan komoditi unggulan yang dimiliki Aceh. Karena itu Hizir yakin melalui berbagai inovasi, termasuk pembangunan desa wisata, nilam bisa menjadi salah satu komoditi yang dapat dimanfaatkan untuk menaikkan kejayaan Aceh.
Syaifullah yang juga ketua panitia FGD ini menerangkan, desa wisata nilam ini direncanakan akan berlokasi di tiga titik, yaitu Aceh Jaya, Banda Aceh, dan Aceh Besar. Pusatnya akan berada di Desa Ranto Sabon, Kecamatan Sampoiniet, Kabupaten Aceh Jaya. Alasannya, Aceh Jaya memiliki potensi alam yang cukup mendukung. Sementara Banda Aceh dan Aceh Besar akan dijadikan sebagai lokasi pendukung yang juga turut menjual produk wisata nilam, yang posisinya masih didiskusikan.
Ia menambahkan, desa wisata nilam ini akan berbasis kearifan lokal, sehingga nilai-nilai budaya kita tidak tergerus. Desa ini juga berbasis pada inovasi yang bersifat inklusif, bukan eksklusif. Terakhir, tentunya desa wisata nilam ini akan menjadi wisata kreatif, yaitu adanya sentuhan kreatifitas dari setiap tempat ataupun produk yang akan dipamerkan.
FGD ini menghadirkan berbagai kalangan, baik dari kalangan pemerintah, komunitas, pelaku bisnis, dan pihak terkait lainnya, termasuk Pimpinam Bank Indonesia Perwakilan Aceh, Zainal Arifin Lubis yang turut menjadi salah satu pemateri dalam FGD ini.[]
Discussion about this post