MEDIAACEH.CO, Banda Aceh – Rasa haru bercampur sedih menyelimuti Bukhari. Ayahanda dari Rina Muharrami mahasiswi program studi Kimia, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Ar Raniry yang meninggal dunia sebelum mengikuti prosesi wisuda itu mendadak viral di media sosial.
Video aksi Bukhari yang mewakili sang anak mengikuti wisuda dibagikan di media sosial oleh para netizen.
Tidak seperti wisudawan lainnya, sang ayah mengenakan kemeja lengan panjang abu-abu dengan tambahan peci hitam saat wisuda, Rabu 27 Februari 2019.
Sang ayah menaiki panggung seperti wisudawan lainnya, rektor dan pimpinan fakultas yang menyerahkan ijazah tidak henti menyemangati Bukhari saat prosesi pengambilan ijazah.
“Sabar, sabar kata rektornya, saya sedih mendengarkannya,” ujarnya saat ditemui awak media di kediamannya di Gampong Cut Rumpun, Kecamatan Blang Bintang, Aceh Besar.
Pria berusia 59 tahun itu mengaku, tidak dapat menahan air mata saat turun dari panggung wisuda. Memori tentang Rina Muharrami tidak dapat dilupakannya. Seolah sang anak hadir di dekatnya saat acara itu.
“Saya merinding dan tidak dapat menahan tangis,” ujarnya kepada awak media saat ditemui awak media, Kamis 28 Februari 2019.
Hatinya campur aduk saat melihat wisudawan lainnya berfoto bersama keluarga masing-masing.
Untuk mengobati kerinduannya kepada sang anak, Bukhari meminta wisudawan lainnya yang merupakan sahabat Rina di SMA Ali Hasyimi untuk berfoto dengannya.
“Karena tidak ada anak saya, saya minta kawan dia untuk berfoto, saya anggap anak saya,” ujarnya.
Bukhari bercerita, semasa hidupnya Rina merupakan anak yang baik dan juga berprestasi. Almarhumah juga menguasai bahasa Jepang dengan baik.
Bukhari mengenang sosok anaknya yang sangat patuh dan tidak ingin membebankan dirinya.
“Anaknya baik tidak pernah membebankan kita sebagai orang tua,” ujarnya.
Bukhari mengatakan, sebulan terakhir Rina beberapa kali masuk rumah sakit. Awalnya dia dibawa ke rumah sakit RSUZA oleh teman-temannya di kampus. Namun akhirnya dipulangkan karena hanya mengalami demam.
Menurutnya, pihak kampus juga terpaksa menunda sidang skripsi Rina hingga tiga kali karena kondisi kesehatan Rina yang tidak baik. Namun akhirnya sidang skripsi dilaksanakan pada 24 Januari lalu.
Dua hari usai sidang, Rina kembali sakit dan terpaksa dirawat di Puskesmas Blang Bintang selama 4 hari. Setelah beberapa hari dipulangkan ke rumahnya di Desa Cut Rumpun, Blang Bintang, kondisi Rina kembali memburuk dan dilarikan ke Rumah Sakit Meuraxa.
“Tiga hari di sana (Meuraxa) dia koma dan akhirnya meninggal dunia,” ujarnya.
Rina meninggal dunia pada 5 Februari 2019. Menurut Bukhari, anak sulungnya itu didiagnosa mengalami tifus dan telah berefek ke saraf.
“Kata dokternya tifusnya tidak berat, namun karena beban pikiran, tifusnya menyerang kepala dan akhirnya tidak sadar,” ujarnya.
Sebagaimana informasi yang dihimpun mediaaceh.co, dari website resmi UIN Ar-Raniry, Rina Muharrami telah menyelesaikan seluruh syarat untuk wisuda sebelum meninggal dunia.
Seluruhnya sudah diselesaikan, namun sebelum yudisium, Rina sudah duluan dipanggil oleh Allah, sehingga ia tidak sempat mengikuti proses yudisium,” Muzakir Ketua Prodi Pendidikan Kimia.[]
Discussion about this post