MEDIAACEH.CO, Turki – Menjadi mahasiswa rantau di luar negeri tidak hanya memiliki kewajiban untuk lulus dengan hasil yang terbaik, di samping itu juga bisa menjadi duta budaya daerah asal. Dengan tekat mempererat kembali hubungan diplomatik antara Turki dan Aceh yang dulu pernah terjalin, itu menjadi modal awal bagi pemuda asal Aceh ini.
“Kesempatan berada di luar negeri ini saya manfaatkan untuk memperkenalkan budaya sendiri ke mata dunia, khususnya Turki. Di sini, saya dan teman-teman melakukan serangkaian kegiatan budaya, pameran baju adat, kuliner daerah, penampilan tari daerah dan juga alat musik daerah. Semua itu ditampilkan pada acara tahunan Indonesian Culture Day (ICD),” ujar Rizqan Maulana, Mahasiswa Program Studi Pasca Sarjana Jurusan Kimia Analitik di Erciyes University, Kayseri-Turki.
Melalui pesan WhatsApp kepada mediaaceh.co, Minggu 24 Februari 2019, Rizqan menyebutkan, dalam lima tahun terakhir, Organisasi Perkumpulan Pelajar Indonesia di Kayseri-Turki (PPI Kayseri), menjadikan ICD sebagai rutinitas tahunan kampus (Erciyes University, Kayseri). ICD ke-5 telah dilaksanakan pada Rabu (20/2/2019) lalu di Auditorium Erciyes University. Turut hadir dalam acara, Wakil Rektor Erciyes University, Ketua PPI Turki Sdr. Darlis Aziz dan juga perwakilan dari KBRI Ankara.
“Selama lima tahun kegiatan ICD, tarian Likok Pulo dari Aceh menjadi salah satu penampilan andalan yang paling dinantikan oleh masyarakat Turki, dan juga mahasiswa asing dari negera lain. Sebagai anak Aceh, saya bangga bisa mempertahankan penampilan Likok Pulo bersama generasi muda lainnya. Tak hanya Likok Pulo, tahun ini kami juga mengembangkan dan menampilkan Meusaree-saree di ICD. Di sini saya sebagai salah satu pelatih tarinya,” terang Rizqan.
Dijelaskan, adapun serangkaian kegiatan yang dilaksanakan dalam ICD, yaitu stand pakaian, makanan (kuliner), kreasi dan alat musik, dilanjutkan penampilan tari Sajojo, puisi, tari Kecak, tari Likok Pulo, permainan alat musik Angklung, silat, fashion show pakaian adat daerah Indonesia, tari Meusaree-saree dan ditutup dengan tari Maumere.
“Ke depan, kami juga akan mengembangkan tari Ranup Lampuan, Rapai Geleng dan tarian lainnya agar seni budaya Aceh bisa terus kita perkenalkan di negeri Ottoman. Selain ditampilkan di acara tahunan ICD, tim tari Likok Pulo dan Tarek Pukat juga pernah tampil di agenda-agenda lain, seperti festival budaya yang diselenggarakan oleh pemerintah setempat, acara seni budaya yang diselenggarakan oleh pihak KBRI dan acara lainnya,” kata Rizqan.
“Harapan kami sebagai mahasiswa Aceh diperantauan, momen dan event-event seperti ini bisa mendapatkan perhatian dan juga dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak terkait, khususnya Pemerintah Aceh bidang Sosial Budaya dan Pariwisata, sehingga dapat dikembangkan lebih baik ke depannya,” tambah Rizqan.[]
Discussion about this post