MEDIAACEH.CO, Afrika – Madagaskar, negeri di timur Afrika ini menyimpan fenomena alam yang luar biasa. Pemandangannya sangat indah dan alami.
Salah satunya adalah Sungai Betsiboka dengan air berwarna merah. Alirannya memiliki banyak cabang sehingga tampak seperti tentakel gurita.
Penampakan Sungai Betsiboka yang fantastis itu diabadikan oleh astronot NASA dari satelit luar angkasa. Dia menyebut Madagaskar tampak sedang berdarah.
Tetapi, latar belakang timbulnya kondisi Sungai Betsiboka tidaklah seindah pemandangannya. Warna merah cerah pada air merupakan penanda sungai tersebut mengalami erosi besar dalam kurun waktu 50 tahun terakhir.
Pemandangan mirip tentakel gurita dipadu gundukan pasir adalah sedimen tanah dengan kadar besi yang tinggi. Ini terjadi akibat longsoran bukit yang ada di atas sungai yang disebabkan hujan lebat.
Diperkirakan ada sebanyak 400 ton tanah longsor selama musim hujan setiap tahun. Lonsoran itu mengubah warna air menjadi dari bening menjadi merah. Selain itu, longsor juga membentuk ngarai sangat dalam, yang dinamai Lavaka.
Madagaskar merupakan salah satu kawasan konservasi keanekaragaman hayati terbesar di dunia. Negara ini jjuga memiliki sejumlah besar spesies endemik yang bergantung pada hutan-hutan di negara pulau tersebut.
Sayangnya, Madagaskar menghadapi ancaman erosi dan tanah longsor akibat penggundulan hutan. Tak hanya itu, terkucilnya negara ini dari kawasan Afrika selama jutaan tahun berdampak pada kelestarian alam di sana.
Dalam kurun waktu 2.000 tahun terakhir, Madagaskar telah kehilangan lebih dari 90 persen hutan aslinya. Ini sebagian besar tavy, yaitu praktik pertanian tebang-dan-bakar tradisional yang diimpor ke Madagaskar oleh pemukim awal.
Biasanya, area hutan hujan ditebang dan dibakar untuk dijadikan sawah atau ladang. Setelah satu atau dua tahun, sawah atau ladang itu ditinggalkan selama 4-6 tahun sebelum proses diulang.
Setelah proses tersebut berulang beberapa kali, tanah kekurangan nutrisi sehingga tidak dapat lagi ditanami padi lagi. Saat itulah warga meninggalkan sawah atau ladang tersebut untuk membuka area baru.
Tavy menyebabkan tanah menjadi tidak produktif. Akibatnya, tanah menjadi rentan terhadap erosi dan longsor.
Kondisi ini makin memburuk setelah tahun 1950-an akibat adanya peningkatan produksi kopi untuk kebutuhan ekonomi.
Selain praktik pertanian tradisional, pembalakan liar dan eksplorasi minyak bumi juga jadi sebab hilangnya hutan hujan secara dramatis.
“Dengan populasi 14 juta orang dan terus bertambah, Madagaskar menghadapi dilema dan tekanan besar. Selain memenuhi kebutuhan rakyatnya, Madagaskar juga masih harus melestarikan lingkungan alamnya,” kata NASA.[]
Sumber: Dream.co.id
Discussion about this post