MEDIAACEH.CO, Banda Aceh – Universitas Syiah Kuala melalui Sidang Senat Terbuka yang dipimpin oleh Rektor Unsyiah, Prof Dr Ir Samsul Rizal MEng, kembali mewisudakan sebanyak 2.468 lulusan untuk priode Agustus –Oktober 2018, yang berlangsung selama tiga hari yaitu mulai dari tanggal 12 – 14 November 2018 di Gedung AAC Dayan Dawood, Senin 12 November 2018.
Rektor dalam sambutannya mengatakan, dari jumlah lulusan tersebut terdapat 333 orang yang lulus dengan predikat pujian, atau Cumlaude. Setelah upacara wisuda ini, maka secara keseluruhan jumlah lulusan Sarjana/Pendidikan Profesi/Spesialis/Pascasarjana yang telah dihasilkan oleh Unsyiah menjadi 94.905 orang, sementara jumlah lulusan diploma dari berbagai disiplin keilmuan sebanyak 26.784 orang.
“Secara keseluruhan, jumlah alumni Unsyiah setelah upacara wisuda periode ini akan mencapai 123.341 orang,” kata Rektor.
Rektor menjelaskan, bahwa dalam beberapa tahun terakhir Unsyiah telah berupaya untuk mengubah paradigma berpikir mahasiswanya. Salah satu usaha yang telah dilakukan Unsyiah adalah membuka mata dan menumbuhkan semangat kreatifitas, kapasitas inovasi, serta semangat berwirausaha para mahasiswa.
Menurut Rektor, saat ini industri yang berbasis pada inovasi dan kreatifitas, atau sering disebut industri kreatif, merupakan primadona di era revolusi industri 4.0. Inisiasi industri ini juga umumnya tidak memerlukan pembiayaan yang tinggi, karena mengandalkan fasilitas yang disediakan oleh teknologi, terutama teknologi informasi.
Di sisi lain, pendidikan yang telah diperoleh oleh para lulusan selama di perguruan tinggi, idealnya bisa membuka wawasan dan mengubah cara pandang mereka, sehingga lebih berpeluang untuk berkiprah secara kreatif di era revolusi industri 4.0 ini.
“Oleh karena itu, kami menaruh harapan besar, bahwa alumni Unsyiah akan mampu mengembangkan kreatifitas mereka untuk menjadi pewirausaha kreatif di masa depan,” kata Rektor.
Kepada para wisudawan, Rektor juga mengingatkan bahwa apapun yang menjadi orientasi hidup ke depannya, maka jalannya tidak akan pernah mudah. Setelah hari ini, permasalahan baru akan muncul ke permukaan.
Namun semua itu adalah proses yang justru akan membuat kita semakin bertenaga, semakin dewasa, dan semakin bijak melihat dunia. Rentetan kejadian, permasalahan, dan berbagai kesulitan inilah yang akan menumbuhkan Adversity Quotient (AQ).
Menurut Rektor, AQ inilah yang dipahami sebagai kecerdasan menghadapi kesulitan atau hambatan, atau kemampuan bertahan dalam berbagai kesulitan hidup dan tantangan yang dialami.
“Nah, kecerdasan ini jauh lebih penting daripada Intelligence Quotient (IQ), yang tertulis dalam bentuk IPK tinggi di transkrip nilai para wisudawan semua,” pungkas Rektor.[]
Discussion about this post