MEDIAACEH.CO, London – Setelah menunggu sekira satu jam, pimpinan Masjid Ramadan yakni Erkin Ramadan Guney akhirnya muncul di kafe samping masjid yang dikenal juga dengan nama Shacklewell Lane di London Timur.
Guney meminta maaf karena tiba terlambat di masjid –yang dulu dibangun ayahnya Ramadan Guney– dan kami langsung memulai wawancara dengan pertanyaan utama: Cara pembayaran zakat dalam bentuk bitcoin?
“Mereka ke internet, masuk ke Masjid Ramadan, atau UK Turkish Islamic Trust, dan prosedurnya ada di sana tentang cara menyumbang. Sangat jelas di situsnya tentang cara menyumbang. Lalu yang kami lakukan, kami memiliki sistem dengan salah satu orang kami menunjukkan cara menerjemahkan sumbangan menjadi uang sebenarnya di negara ini, menjadi poundsterling,” kata Guney.
“Kami melakukan itu. Kami berusaha mencari pembeli terbaik pada tingkat tertinggi. Kami menukarnya, kami mentransfer ke rekening kami,” lanjut Guney.
Layanan zakat bitcoin pertama di Inggris ini diluncurkan pada 17 Mei 2018 dengan spanduk yang dipajang di luar pagar dan di dekat kubah masjid yang memperlihatkan logo bitcoin selain situs internet.
Sampai seminggu sebelum hari raya Idul Fitri sudah sembilan orang yang memberikan zakat dalam bentuk bitcoin senilai 2.000 poundsterling atau hampir Rp40 juta. mereka antara lain berasal dari Dubai, India, dan Maritius.
Tetapi bagaimana dengan jamaah masjid yang jumlahnya sekira 500 orang?
Usai Salat Jumat pekan lalu, saya kemudian menunggu di luar pagar masjid yang didirikan pada 1903 itu –dan pernah berfungsi sebagai sinagoga umat Yahudi– untuk bertanya kepada beberapa jamaah.
“Saya membayar dengan mengirimkan zakat ke Afrika, Somalia, tempat memang terdapat orang miskin. Ini sangat mereka perlukan. Saya tidak tahu apa-apa terkait bitcoin. Saya tidak pernah mendengarnya,” ucap seorang pria Muslim dari Afrika.
Jamaah lainnya mengatakan, “Saya akan membayar zakat ke masjid dengan uang kontan. Saya tidak tahu tentang itu (bitcoin).”
Seorang jamaah asal Nigeria ikut memberikan komentar, “Saya melakukannya dengan membagikan makanan. Saya tahu (masjid ini menawarkan bitcoin), tetapi saya kemungkinan tidak akan melakukan seperti itu. Kan terserah pilihan Anda, karena yang dikatakan sunah, Anda melakukannya lewat masjid atau langsung secara pribadi.”
Kebanyakan dari sekira 100 jamaah yang salat di daerah yang tidak terlalu makmur tersebut memang tidak banyak tahu tenang bitcoin. Beberapa juga menolak ditanya komentarnya tentang bitcoin, yang masih kontroversial di beberapa negara.
Bitcoin halal?
Dengan menerima bitcoin untuk pembayaran zakat, maka bisa diartikan bitcoin tergolong halal, paling tidak menurut Guney. Bagaimanapun saya ingin penegasan dan dia menjelaskan dengan semangat.
“Mereka membicarakan apakah ini halal atau dan haram, kami pandang seharusnya halal. Ini uang baru. Kita harus berpikir ke depan. Dan jika ini tersedia. Dan jika saudara laki dan perempuan Islam kita bekerja dengan mata uang ini, maka mereka harus legitimasi uang dan keuntungan penghasilan mereka.”
“Dalam agama kami, kami berkewajiban menyumbangkan 2,5 persen 'keuntungan' kami, maka kami menciptakan platform agar ini bisa dilakukan,” tambah Guney.
Di negara asalnya, Turki, bitcoin sudah dianggap haram walau Inggris –tempat tinggal Guney selama puluhan tahun belakangan– tidak melarangnya. Sementara di Indonesia, Majelis Ulama Indonesia (MUI) membedakan statusnya bergantung tujuan pemakaiannya, apakah untuk spekulasi atau sebagai alat tukar.
“Kalau berkenaan dengan investasi, saya menyebutkan haram karena di dalam ada aset pendukung, harga tak bisa dikontrol, dan keberadaannya tak ada yang menjamin secara resmi,” jelas Ketua Komisi Dakwah MUI KH Cholil Nafis pada Januari 2018.
Guney sendiri mengatakan salah satu pihak yang berusaha menghalangi pemakaian bitcoin sebagai zakat di Inggris adalah perbankan.
“Kami harus menanyakan Charity Commision (badan yang mengurusi lembaga amal di Inggris). Kami harus menanyakan pihak perbankan. Bank sangat menentang meskipun mereka tidak mempunyai dasar hukum, mereka tidak menyukai persaingan.”
“Meskipun demikian, untuk melegitimasi transaksi maka kami tentunya harus mengubah mata uang electrocurrency ke poundsterling. Kami menghubungi salah satu bank di sini dan akhirnya mereka harus mengakomodasi kami.”
“Tetapi Anda bisa melihatnya sebagai suatu hal yang memang mereka ingin lakukan karena ini mengambil alih kekuasaan mereka,” jelas Guney.
Di siang hari yang semakin panas itu, saya mengakhiri wawancara dan Guney pun kembali sibuk mengurus kebutuhan jamaah, antara lain persiapan pemakaman salah seorang jamaah yang baru saja meninggal dunia.[] Sumber: Okezone.com
Discussion about this post