MEDIAACEH.CO, Aceh Utara – Nuraini (43 tahun), warga Aceh asal Darul Aman, Seuneuddon, Aceh Utara memiliki nasib yang sungguh miris. Betapa tidak, wanita paruh baya ini bersama dua anaknya, Irfan (10 tahun) dan Nurjannah (8 tahun), dalam 2 tahun terakhir ini hidupnya terlantar di Negeri Jiran, Malaysia.
Selama 2 tahun, hidupnya begitu menyedihkan karena harus melewati hari-hari kelam. Semua berawal saat dirinya ditinggal suaminya depalan tahun lalu. Setelah ditinggal pergi, suaminya sama sekali tidak menanggung biaya hidup bagi kedua anaknya. Nuraini pada saat itu, pernah mencoba mencari suaminya di Langkawi, namun tidak digubris. Setelah itu dirinya tidak dapat lagi menghubungi suaminya, bahkan saat mencoba kembali ke Langkawi suaminya sudah tidak lagi disana.
Setelah itu, Nuraini bersama dua anaknya yang masih kecil melewati kondisi sulit dan harus berjuang ekstra keras untuk bertahan hidup dan untungnya, anak lelaki tertuanya yang juga bekerja serabutan di Malaysia yang kemudian membantu biaya untuk sewa tempat tinggal dan biaya hidup, termasuk sekolah kedua adiknya.
Namun mirisnya, sejak 2 tahun terakhir anak lelai tertua Nuraini yang sebelumnya membantu biaya bagi dirinya dan kedua adiknya tertangkap dalam sebuah operasi bagi pendatang ilegal oleh otoritas pemerintah setempat. Selanjutnya anak tertua Nuraini di deportasi ke Indonesia dan tidak dapat kembali ke Malaysia.
Sejak saat itu, beban hidup Nuraini sangat berat untuk membiayai hidup dan juga biaya sekolah kedua anaknya. Lebih miris lagi, Nuraini yang sebelumnya bekerja sebagai cleaning service di sekolah anaknya diberhentikan. Sejak itu, dirinya dan kedua anaknya harus terusir dari kontrakan yang ditempati bersama kedua anaknya karena sudah tidak sanggup lagi melunasi biaya sewa.
Selanjutnya untuk bertahan hidup, Nuraini dan kedua anaknya harus menumpang dirumah yang dikenalnya secara berpindah-pindah. Kondisinya yang semakin berat, membuat nuraini putus asa dan sudah tidak sanggup berjuang sendiri. Sejak dua bulan lalu, Nuraini mencoba membagi deritanya lewat media jejaring facebook. Dirinya berharap mendapat uluran tangan dan bantuan masyarakat, khususnya warga Aceh agar dirinya dan kedua anaknya dapat kembali ke Aceh.
Kisah Nuraini akhirnya diketahui Abu Saba dari Group Kesatuan Aneuk Nanggroe Aceh (KANA) yang kemudian berkomunikasi dengan anggota DPD RI asal Aceh, H. Sudirman atau Haji Uma. Hasilnya, lahir inisiatif untuk membantu proses pemulangan Nuraini dan kedua anaknya ke kampung halaman di Aceh Utara.
Berdasarkan keterangan dari Haji Uma, setelah lahir inisiatif membantu pemulangan Nuraini, Abu Saba (Ketua KANA Group) berkomunikasi dengan anggota Group PPKS di Malaysia guna mencari keberadaan Nuraini. Kemudian dibantu pengurusan administrasi dan mengumpulkan bantuan biaya untuk pemulangan. Adapun biaya terkumpul antara lain bersumber dari bantuan pribadi Haji Uma sendiri sebesar 900 RM (3 juta) dan 700 RM dari Abu Saba bersama akun Sawang Kuta Batee.
“Alhamdulillah, setelah biaya pemulangan ibu Nuraini dan kedua anaknya telah terkumpul dan proses administrasi yang dibantu oleh Abu Saba bersama tiga orang rekannya di wilayah Keudah dan Pasific Pinang Malaysia selesai, hari ini kita bantu pulangkan ke Aceh”, ungkap Haji Uma.
Menurut Haji Uma, Nuraini dan kedua anaknya dipulangkan hari ini, Kamis, 10 Mei 2018 melalui jalur penerbangan dari Penang Malaysia menuju Bandara Kuala Namo, Sumatera Utara. Selanjutnya akan menempuh perjalanan darat menuju kampung halaman di Gampong Darul Aman, Seuneudon, Kabupaten Aceh Utara.
Discussion about this post