Ulanbataar – Mongolia dikenal sebagai negara dengan ibu kota terdingin di dunia. Di negara ini lahir para penakluk dari Asia, yang menjelajah jauh hingga ke tanah Eropa.
Berada di antara Rusia dan Tiongkok, Mongolia memiliki penduduk sekitar 2,8 juta jiwa dengan setengahnya tinggal di ibu kota negara, Ulanbataar.
Di kota ini, Tim Jazirah Islam menjumpai muslimah keturunan Mongolia, Fatima Atau Bariisa Bolortsetseg. Wanita 37 tahun ini berasal dari Suku Halh, suku asli Mongolia yang mayoritas beragama Budha. Namun, pengalaman jalan spiritual setiap orang berbeda. Seperti halnya Fatima, yang menemukan jalan spiritualnya dalam Islam.
“Setelah menjadi seorang muslim, saya merasa lebih damai dan tenang dalam menjalani hidup. Setiap langkah menjadi jelas dan terarah, lewat tuntunan kitab suci Alquran. Alquran menjadi titik balik seluruh kehidupan saya, hingga akhirnya tertarik untuk mempelajari Islam lebih jauh,” ungkapnya.
Hingga saat ini, mualaf dianggap asing bagi warga Mongolia. Di antara 3 juta warga, muslim hanya berjumlah 5 persen, atau sekitar 150 ribu jiwa. Itu pun terkonsentrasi di wilayah barat Mongolia, di Provinsi Bayan Ulgii dan Khovd. Mereka merupakan komunitas muslim etnis Kazakh.
Tak hanya seorang pemandu wisata profesional, Fatima juga menjadi penerjemah semua dokumen resmi di kantornya ini. Fatima menguasai 6 bahasa: Mongolia, Rusia, Urdu, Arab, Turki dan Inggris. Ia memahami semuanya, baik lisan maupun tulisan.
Karena kemampuannya inilah Fatima bisa menjejakkan kaki ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Kini, setelah sekian lama menjadi seorang muslimah, Fatima ingin berbagi syiar Islam melalui berbagai cara.
Selain digunakan sebagai kantor, ruangan ini juga ia manfaatkan sebagai perpustakaan kecil. Tempat koleksi Alquran, hadis, dan beragam buku bertema Islam dari berbagai negara. Bagi Fatima, ini adalah wujud kontribusi kecilnya untuk membantu menyebarkan Islam di Mongolia.
Setelah sang suami meninggal dunia 7 tahun silam, kini Fatima tinggal bersama ibu dan anak tunggalnya. Tak jauh dari kantor, Ibu Fatima, Davaajav bersama sang adik, membuka toko kecil yang menjual beragam kebutuhan sehari-hari.
Bagi Davaajav, Fatima tetaplah anak kesayangannya. Kini, Fatima dan Davaajav saling bahu membahu dalam menguatkan ekonomi keluarga.
Untuk menghormati Fatima sebagai muslim, toko ini tidak menjual alkohol. Berbeda dengan sebagian besar toko yang dimiliki warga Mongolia.
Bertandang ke Mongolia tak afdol jika belum menengok kehidupan suku nomadennya. Dari Ulanbaatar, Tim Jazirah Islam diajak Fatima mengunjungi saudara sepupu di tengah gurun Mongolia.
Mereka juga berasal dari suku yang sama, yaitu Halh. Kelompok suku asli Mongolia dengan populasi terbanyak dalam sejarah. Suku Halh dikenal sebagai keturunan langsung dari Genghis Khan, pendiri Imperium Mongol. Tak heran mereka juga populer sebagai suku pelestari budaya Mongol.
Pemandangan yang menarik adalah bagaimana mereka tidak memandang Fatima berbeda. Meski ia telah menjadi seorang muslim, mereka tetap memperlakukan dan menyambut Fatima sebagai bagian dari keluarga.
Mongolia, tanah legenda para penakluk dari Asia, ternyata masih menyisakan sekelumit kisah muslim sebagai minoritas. | sumber: detik.com
Discussion about this post