MEDIAACEH.CO, Aceh Selatan – Terik panas matahari tiba-tiba memudar ketika wartawan mediaaceh.co memasuki gerbang Gunung Lampu, Tapaktuan beberapa waktu lalu.
Pepopohan rindang menutupi pancaran matahari yang sangat menyiksa mata jika berjalan di siang hari. Lautan bebas terpampang di seberang pantai yang telah dipagari dengan bangunan beton yang kuat. Ombaknya lumayan ganas, berbeda dengan lautan pada umumnya, gemuruh ombak terdengar keras menghantam batas beton di tepi laut.
Tidak jauh dari sana, terdapat sebuah telapak kaki raksasa yang telah terbentuk di batu karang besar yang menghadap lautan, menurut legenda, telapak kaki tersebut adalah bekas telapak kaki seorang petapa alim yang disebut Syeh Tuan Tapa.
Konon menurut cerita warga sekitar, Syeh Tuan Tapa dipercaya sebagai seorang alim yang bertarung melawan dua naga. Dengan kekuasaan Allah, Tuan Tapa berhasil mengalahkan dua naga tersebut di lautan.
Dipercaya, pertarungan Tuan Tapa melawan dua naga tersebut berawal dari pertarungan antara naga dan kelompok kerajaan Asralonaka, dalam pertarungan tersebut, kedua kubu memperebutkan seorang bayi mungil yang hanyut di perariran Samudera Hindia.
Suara pertarungan tersebut terdengar ke telinga Tuan Tapa yang tengah melakukan pertapaan. Akhirnya Tuan Tapa meninggalkan pertapaannya dan bertarung mengalahkan dua naga itu.
Bekas telapak kaki Tuan Tapa juga terpancang di batu karang yang letaknya di lereng Gunung Lampu, Tapaktuan. Telapak kaki tersebut diperkirakan memiliki panjang sekitar 6 meter dengan lebar sekitar 2 meter.
Dalam telapak kaki tersebut dipenuhi air yang berawarna keemasan dan tidak pernah kering, bagaimana tidak, gemuruh ombak keras terkadang melewati karang yang lumayan tinggi dari laut dan menyiram seluruh karang yang di lewatinya.
Sebelum menuju ke telapak kaki raksasa pengunjung akan dikenakan biaya sebesar Rp2.000 perorang. Hanya ada satu track menuju ke lokasi tapak Tuan Tapa, yakni jalan di tepi bukit. Jalan tersebut telah disemen dan telah dibentuk tangga-tangga serta penyangga besi di sepanjang jalan. Tepat di bawah tepi bukit, lautan dengan ombak yang deras, telah menunggu.
Setelah melewati areal perbukitan, para pengunjung harus melewati karang-karang besar yang berada di dekat laut, para pengunjung dianjurkan agar tidak dekat dengan tepi karang, karena ditakutkan akan terjadi hal yang tidak diinginkan jika ada gelombang laut yang naik ke atas karang.
Perjalanan menuju Tapak Tuan Tapa memang agak sedikit menguras tenaga. Namun semua itu akan pudar setelah para traveler sampai di sebuah anjungan yang terletak di lereng perbukitan.
Dari atas anjungan tersebut para traveler bisa menyaksikan keindahan tapak Tuan Tapa dan juga lautan luas Aceh Selatan yang dikenal sebagai daerah yang kaya dengan wisata alam. Dari anjungan itu para wisatawan bisa mengabadikan momen dengan berswa foto dengan latar tapak Tuan Tapa atau lautan Aceh Selatan.
Para pengunjung juga bisa turun langsung ke Tapak Tuan Tapa. Namun para pengunjung juga dianjurkan untuk sangat berhati-hati terhadap ombak deras terkadang melewati karang.
Nah dari anjungan tersebut, para traveler juga bisa menyaksikan sebuah karang di tengah laut, yang juga dipercaya sebagai kopiah dan tongkat Tuan Tapa yang terjatuh saat melawan naga.
Memang, kawasan ini dipenuhi dengan legenda-legenda yang tersebar dari mulut-mulut. Namun legenda tersebut telah diabadikan sebagai nama ibu kota Aceh Selatan dan juga menjadi ikon kota Tapak Tuan yang disebut-sebut sebagai Kota Naga.
Nah penasaran bukan? Yuk kunjungi Aceh Selatan!. Dijamin tidak akan menyesal.
Discussion about this post