Jakarta – Masjid Cut Meutia yang terletak di Jl Taman Cut Meutia, Gondangdia, Menteng menggelar aneka tausiah saat Ramadan. Hingga acara tahunan Ramadan Jazz Festival.
“Kegiatan-kegiatan muamalah Ramadan selain ceramah dan tarawih, kita ada ceramah, tausiah, kuliah subuh dan santapan siang rohani habis Zuhur, paling lama setengah jam durasinya. Dan ba'da Asar kita bikin baca Quran dan tafsirnya dan durasinya sama, paling lama setengah jam menjelang buka puasa dari jam 17.00WIB sampai 17.30WIB,” tutur Ketua Panitia Ramadan 2017 Masjid Cut Meutia, Abdul Majid.
Hal itu dikatakan Abdul saat ditemui detikcom pada Jumat (19/5/2017) lalu yang ditulis Rabu (24/5/2017). Untuk buka puasa, Masjid Cut Meutia menyediakan 1.000 nasi kotak setiap harinya untuk para jemaah.
“Dari tahun ke tahun dan alhamdulillah sopir taksi dan orang-orang luar yang mampir ke sini. Nah kan ini masjid transit, kalau warga sini sedikit,” imbuhnya.
Sedangkan untuk tarawih, lanjutnya, Masjid Cut Meutia biasa menggelar 11 rakaat plus kuliah tujuh menit ba'da Isya dan sebelum tarawih.
“Setelah tarawih kita tidak ada baca Quran dan diadakanya di hari Sabtu dan Minggu saja. Kalau kita bikin habis tarawih, jemaah kehabisan waktunya, kan mereka harus pulang ke rumah dan harus menyiapkan sahurnya nanti. Ini pernah kami bikin tapi nggak efektif. Ini kan lain dengan masjid kampung yang jarak masjid dan rumah jemaah tidak jauh,” tuturnya.
Menurut Abdul, jemaah di Masjid Cut Meutia semakin bertambah tiap tahun. Jemaah bahkan bisa meluber keluar saat salat Zuhur di bulan Ramadan.
“Kita masjid Cut Meutia tidak ada bedanya dengan tahun kemarin bahwa tetap kita pada misi “melayani jamaah dengan sebaik-baiknya”. Pokokya kita melayani jamaah dengan sepenuh hati. Karpet masjid saja di sini wangi kan? Kalau dihitung untuk minyak wanginya aja sebulan Rp 9 juta. Yaa semoga bisa jadi contoh bahwa masjid-masjid besar lainya mudah-mudahan bisa seperti Cut Meutia,” harapnya.
Ramadan Jazz Festival
Satu agenda yang tak pernah absen selama 7 tahun terakhir dari Masjid Cut Meutia, yakni Ramadan Jazz Festival. Menurut Abdul Majid, festival jazz di pelataran Masjid Cut Meutia ini selalu digelar 2 hari usai salat tarawih.
“Kami hadirkan musik jazz sebagai syiar. Kami kan kalangan penyuka jazz. Jazz itu indentik dengan damai dan tenang. Orang dari rumah datang untuk nonton jazz di sini, kan kita nggak tahu hidayah dateng ke orang itu. Yang tadinya nggak kenal masjid jadi kenal masjid,” tuturnya.
Pelaksana Ramadan Jazz Festival ini adalah Remaja Masjid Cut Meutia (Ricma). Ditambahkan Ketua Ricma Aihatta, pagelaran musik ini juga suatu bentuk syiar.
“Kami memilih musik jazz sebagai sarana dakwah kita, karena kita melihat atensi masyarakat luas khususnya pemuda saat di tahun 2011, saat-saat pertama kali diadakan Ramadan Jazz Festival, masih banyak festival-festival jazz yang diadakan di Jakarta. Nah makanya kita bikin di bulan puasa, kan momentumnya remaja masjid kan di bulan puasa, nah kita coba bikin musik jazz di bulan Ramadan,” tutur Ai saat ditemui detikcom.
Selama 6 tahun pagelaran Ramadan Jazz Festival ini, Ricma banyak dibantu panitia relawan. Dalam 4 tahun terakhir, imbuh Ai, yang mendaftar untuk menjadi relawan di atas 500.
“Dan di tahun ini yang mendaftar sebagai volunteer itu 1.000 orang. Tapikan kami menyaring lagi untuk kepanitiaanya dan rata rata 40 persennya menjadi anggota Ricma. Nah kami merasa sarana dakwah kita berhasil untuk mengajak anak muda kenal masjid dan bisa aktif di masjid. Kami berdakwah berdasarkan kaum kita saat ini seperti apa,” jelasnya.
Ramadan Jazz Festival tahun ini akan diadakan pada Jumat-Sabtu, 9-10 Juni 2017 usai tarawih, sekitar pukul 21.00 WIB hingga pukul 01.00 WIB. Per hari akan ada 6-7 musisi yang tampil di atas panggung yang digelar di pelataran masjid.
“Kami bikin abis tarawih karena mau mengajak anak muda juga untuk tarawih dulu di Cut Meutia, habis itu baru ada musik jazz dengan lagu-lagu rohani dan dakwah. Kami memang sengaja meminta kepada artis-artisnya untuk membawakan lagu edisi Ramadan,” urai dia.
Warga yang ingin menonton dikenakan donasi, bukan tiket masuk, sebesar minimal Rp 20 ribu. Donasi dari pagelaran musik ini bisa diperuntukkan untuk membangun sekolah, memperbaiki sekolah, donor darah, pengadaan buku bekas maupun baru yang layak pakai untuk disumbangkan.
“Kita sudah kerja sama dengan PMI juga,” jelasnya.
Di tahun-tahun sebelumnya, pagelaran musik jazz di masjid ini bisa menghimpun 5.000-6.000 penonton dalam 2 hari. Ricma juga mencari sponsor untuk gelaran ini.
“Tahun ini juga kita perkirakan pengunjungnya akan lebih melonjak karena artis yang kami hadirkan. Untuk sponsor pasti ada dan baru ada sekitar 5 sponsor untuk kegiatan remaja. Dan untuk sponsor kami berikan stand khusus di dalam wilayah masjid,” tuturnya.
“Harapan kami agar para remaja yang menonton nanti hatinya lebih terbuka lagi untuk mau memakmurkan masjid, siapa tahu ada yang mau gabung dengan Ricma. Alhamdulillah hampir dari 60% kepengurusan BPH (Badan Pengurus Harian) Ricma sekarang anak-anak dari volunteer,” harap Ai. | sumber: detik
Discussion about this post