Minggu sore (07/5) di Stadion Patriot Candrabhaga, seorang pemuda berusia 19 tahun berhasil mencetak gol yang memberikan kemenangan penting bagi klubnya. Proses gol tersebut terbilang luar biasa: kerja sama apik antar pemain mengantarkan bola kepadanya yang kemudian melakukan umpan satu-dua dengan salah satu pemain asing asal Brasil di dalam kotak penalti lawan.
Sesaat setelah melakukan umpan satu-dua itu, tanpa pikir panjang ia langsung melancarkan tendangan keras yang gagal dihalau oleh penjaga gawang tim lawan. Selain memberikan keunggulan untuk klubnya, gol itu juga menjadikannya sebagai pencetak gol termuda di kompetisi Liga 1.
Ia mengalahkan catatan pemain muda Persib Bandung, Fulgensius Billy Paji Keraf yang tiga hari sebelumnya juga mencetak gol ke gawang Kebo Giras. Siapa dia? Ya, pemuda tersebut bernama T.M. Ichsan.
Ichsan yang bermain untuk Bhayangkara FC menunjukkan kelasnya dan sukses mencuri perhatian kala berhadapan dengan Persegres Gresik United di pekan ke-5. Berkat pemuda Aceh ini juga, Bhayangkara FC saat itu menorehkan kemenangan yang ketiga.
Ichsan adalah pemuda kelahiran Bireun, Aceh yang sangat menyukai sepakbola. Masa kecilnya dihabiskan untuk bermain bola bersama teman-teman sebaya juga sang ayah. Ia juga sempat mengikuti sekolah sepakbola bernama Brata.
Kendati demikian, keseriusannya pada olahraga terpopuler di dunia ini baru dimulai ketika ia menginjak bangku sekolah menengah pertama. Saat itu, Ichsan mulai mengikuti kejuaraan Liga Pendidikan Indonesia mewakili provinsi Aceh. Tak dinyana, pada turnamen tersebut ia sukses membawa Aceh nangkring di posisi keempat se-Indonesia.
Dari situlah, salah satu pemandu bakat yang diturunkan pada kejuaraan tersebut melihat bakatnya. Ia kemudian dipanggil dan diproyeksikan mengikuti Lipio Camp di Spanyol. Meski begitu, ternyata dirinya harus lebih dulu mengikuti seleksi. Takdir Tuhan rupanya memihak Ichsan, ia terbukti lolos dan berhak mengikuti pemusatan latihan di negeri Matador itu.
Buah dari Lipio Camp sendiri membuat nama Ichsan terdengar hingga ke tim pelatih tim nasional. Dirinya pun dipanggil untuk kemudian berrgabung denga timnas U-19. Sayangnya, ketika sudah melalui pemusatan latihan selama satu tahun, Indonesia justru dijatuhi hukuman oleh FIFA dengan larangan aktif berlaga di ajang internasional sampai waktu yang tidak ditentukan (pada akhirnya hanya satu tahun saja).
Dibekukannya Indonesia dari segala aktifitas sepakbola sempat membuat pemain berusia 19 tahun ini frustrasi. Dorongan untuk membuat bahagia kedua orang tua membuat Ichsan terus berusaha menjadi lebih baik. Untuk itu, ia terus melatih tubuhnya bukan hanya untuk sepakbola tapi juga mendaftar kepolisian, salah satu cita-citanya sejak dulu.
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Adanya kompetisi non-resmi, Indonesia Soccer Championship (ISC) membuka kesempatannya untuk membuka pintu mimpi tersebut. Ia kemudian dipanggil oleh Bhayangkara FC U-21 untuk membela klub kepolisian tersebut di ajang Indonesia Soccer Championship (ISC) U-21.
Kemampuannya menjadi jauh lebih baik dengan berpartisipasinya di ajang yang kompetitif. Permainan apiknya itu mengundang ketertarikan dari tim pelatih The Guardian – julukan Bhayangkara FC. Ichsan masuk dalam daftar rekomendasi pemain yang dipromosikan ke tim utama.
“Alhamdulillah, saya jadi pemain yang terpilih untuk dipromosikan waktu itu,” ucap Ichsan kepada FourFourTwo Indonesia.
Keberhasilan Ichsan yang perlahan mulai meraih impiannya ini tak lepas dari peran kedua orang tua. Ia menuturkan bahwa ayah dan ibunya adalah dua orang yang paling berjasa bagi karirnya saat ini.
“Dukungan orang tua saya begitu kuat, sulit untuk menjelaskannya dengan kata-kata. Mereka yang mendorong saya sampai bisa seperti sekarang. Saya pastikan saya adalah anak yang beruntung karena lahir dan hidup di tengah-tengah ayah dan ibu saya,” tambah Ichsan. | Sumber: fourfourtwo.com
Discussion about this post