MEDIAACEH.CO, Banda Aceh – Wali Kota Banda Aceh, Illiza Sa’aduddin Djamal, menyambut pesepeda nasional yang merupakan peserta Gowes Nusantara. 15 peseda ini berbaur dengan ribuan peserta Banda Aceh Fun Bike dan disambut oleh Illiza di Lapangan Blang Padang, Minggu 14 Mei 2017
Kedatangan peserta Gowes Nusantara di Banda Aceh bertepatan dengan agenda Fun Bike dalam rangka HUT Kota Banda Aceh yang 812 tahun. Peserta Gowes Nusantara tiba di Banda Aceh setelah melakukan start di Kilometer Nol Sabang, Sabtu 13 Mei 2017.
Melalui momentum tersebut, Illiza mengajak semua warga kota untuk senantiasa membiasakan hidup sehat guna mendorong masyarakat gemar berolahraga.
“Maka dari itu, dengan dilaksanakannya program pemerintah ini sebagai sebuah rintisan agar terciptanya gerakan budaya berolahraga yang teratur, terukur dan sistematik,” ujar Illiza.
Kata Illiza, Gowes Nusantara juga diselenggarakan dari 34 Provinsi di Indonesia dalam rangka Gowes Pesona Indonesia.
“Tujuannya untuk menggelorakan, mengajak, menggerakkan dan memotivasi masyarakat untuk melakukan gaya hidup sehat melalui aktivitas olahraga khususnya dengan bersepeda,” ujar Illiza.
Pada kesempatan tersebut, Illiza juga sempat menjelaskan soal peresmian Tugu Simpang Lima atau juga disebut sebagai Monumen Bukopin, karena kegiatan Gowes Nusantara dan Banda Aceh Fun Bike juga dirangkai dengan kegiatan persemian Tugu Simpang Lima.
Katanya, Tugu Simpang Lima di bangun pada era 1990-an, dimana setelah beroperasinya Bank Bukopin di Provinsi Aceh pada tahun 1988. Sehingga sampai saat ini pula, tugu bersejarah yang merupakan salah satu ikon Kota Banda Aceh ini, masih berdiri tegak dan saat ini telah selesai dilakukannya revitalisasi.
Hal ini juga tidak terlepas dari kerjasama Bukopin bersama Pemerintah Kota Banda Aceh dalam memperindah serta mewakili wajah baru Kota Banda Aceh. Namun perlu diketahui bahwa, Tugu Simpang Lima kerap menjadi ajang para mahasiswa dan aktivis berkumpul melakukan demonstrasi dari berbagai isu, kegiatan sosial dan kemanusiaan.
Terkait dengan tidak adanya tulisan Asmaul Husna sesuai konsep awal perencanaan pembangunan tersebut, Illiza juga menjelaskan, setelah melakukan audiensi dengan MPU karena sebelumnya para ulama tidak setuju dengan dibuatkannya tulisan Asmaul Husna tersebut.
Menurut para ulama, Tugu Simpang Lima merupakan pusat demonstrasi masyarakat kota, yang mana tulisan Asmaul Husna merupakan tulisan yang sangat sakral, oleh sebab itu tidaklah sesuai disandingkan dengan berbagai aksidemonstrasi tersebut,
“Para ulama berpendapat, jika hal itu terjadi, maka hal ini merupakan dosa yang paling besar yang dibebankan pada Pemko Banda Aceh,” jelas Illiza.
Terakhir, Illiza menyampaikan tulisan Asmaul Husna bukanlah untuk dijadikan sebagai pajangan di jalanan, tetapi diamalkan serta diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.
“Maka dari itu, beberapa hal penting inilah yang akhirnya kami sepakati menggantikannya dengan ornamen khas Aceh berupa ukiran Pintoe Aceh disetiap dinding-dinding pada Tugu Simpang Lima,” kata Illiza.[]
Discussion about this post