MEDIAACEH.CO, Yangon – Kepolisian Myanmar menangkap dua warga penganut ajaran Buddha radikal setelah terjadi bentrok dengan warga muslim di kota Yangon. Beberapa orang lainnya masih diburu dalam insiden yang dikhawatirkan semakin menambah ketegangan antaragama di negara itu.
Seperti dilansir Reuters, Sabtu 12 Mei 2017, penangkapan ini terjadi setelah kelompok nasionalis Buddha yang dipimpin Serikat Biksu Patriotik (PMU) menggeruduk sejumlah apartemen di distrik Mingalar Taung Nyunt, Yangon, yang ditinggali banyak warga muslim. PMU menyebut aksi itu didasari pada kecurigaan adanya sejumlah warga etnis muslim Rohingya yang tinggal secara ilegal di kawasan itu.
Aksi yang terjadi Selasa (9/5) pekan ini sempat memicu pertikaian, yang baru berhenti setelah polisi mendatangi lokasi dan melepas tembakan peringatan ke udara. Kelompok yang sama memaksa penutupan dua sekolah muslim di Myanmar, dua pekan lalu.
“Kami telah menangkap dua orang sejak kemarin malam,” terang kepala kepolisian distrik setempat, Mayor Polisi Khin Maung Oo. Tidak dijelaskan lebih lanjut identitas kedua orang yang telah ditangkap. Beberapa orang lainnya disebut masih diburu polisi.
Dalam insiden terpisah yang terjadi 28 April lalu, PMU mendatangi dua sekolah muslim dengan membawa pejabat lokal dan polisi setempat. Tin Shwe, Ketua Asosiasi Sekolah-sekolah Muslim di Myanmar, menyatakan dua sekolah itu akhirnya ditutup demi menghindari konflik. Dalam kedua insiden itu, para biksu dan simpatisan PMU disebut sengaja menargetkan kawasan yang ditinggali warga muslim.
Pekan ini, salah satu pengadilan Yangon merilis surat perintah penangkapan untuk tujuh orang, termasuk dua biksu, terkait insiden itu. Tujuh orang itu dijerat dakwaan menghasut kekerasan komunal, yang memilki ancaman hukuman maksimal dua tahun penjara.
Dalam konferensi pers, sebelum surat perintah penangkapan dirilis, PMU bersumpah akan terus melawan pengaruh Islam di Myanmar. Mereka menyinggung keengganan pemerintah Myanmar untuk melindungi setiap ras dan agama.
“Kami melindungi kaum kami karena pemerintah enggan melakukannya. Meskipun banyak orang membenci kami, kami tidak menciptakan masalah,” tegas biksu Myanmar yang juga pejabat senior PMU, U Thuseikta, kepada wartawan.
Secara terpisah, Tin Shwe, yang juga menjadi pemimpin komunitas warga muslim di Yangon menyatakan: “Kami ingin mendapat perlakuan adil dan dilindungi oleh pemerintah — kami memilih mereka dengan tangan kami.”
Komandan Komando Keamanan Kepolisian Yangon, Brigadir Jenderal Mya Win, menyatakan pasukan keamanan tambahan telah dikerahkan dan polisi dalam kondisi siaga tinggi untuk mencegah terjadi konflik komunal. “Kami berpatroli di sekitar kawasan warga muslim dan mengambil langkah keamanan di sekitar tempat ibadah,” tutur Mya Win kepada Reuters.[]
Sumber: Detik
Discussion about this post