Bandung – Sorot mata Yusuf kosong. Kedua tangannya mencengkeram terali besi yang membatasi geraknya. Sesekali remaja yang akhir Mei 2017 berusia 15 tahun itu menggerakkan tubuhnya mengikuti alunan musik dangdut di televisi.
Yusuf tinggal bersama orang tuanya di blok Pareman, RT01 RW04, Kelurahan Mekarwangi, Kecamatan Bojongloa Kidul, Kota Bandung. Hampir 11 tahun anak sulung dari dua bersaudara itu mengalami gangguan jiwa.
Selama mengidap gangguan jiwa, Yusuf terkurung di sebuah kamar berukuran 2 x 2 meter. Dalam kamar itu terlihat kasur tipis beralaskan karpet hitam. Pintu kamar yang biasanya terbuat dari kayu diubah menjadi besi.
Aat Nurjaman (35) dan Ratnasari (38) menyediakan dua kamar untuk Yusuf. Kamar pertama untuk Yusuf berkegiatan di siang hari, sedangkan kamar kedua yang berada di sampingnya khusus untuk tidur di malam hari.
Kedua orang tuanya terpaksa mengurung Yusuf lantaran kerap mengamuk. Kini sudah tujuh tahun lamanya remaja malang itu tidak bisa bergaul bersama teman-teman sebayanya, apalagi mengenyam pendidikan.
“Yusuf terpaksa dikurung saat usia tujuh tahun sampai sekarang. Soalnya sering ngamuk. Ada yang lapor temannya dipukulin, digigit, dijambak. Saya juga sering digigit dan dipukul,” kata Ratna saat berbincang di rumahnya, Kamis (11/5/2017).
Ratna menuturkan, meski mengalami gangguan kejiwaan, Yusuf masih bisa berkomunikasi ketika meminta makan dan minum. Termasuk saat ingin buang air. Selain itu, terkadang Yusuf bisa merespons orang lain saat diajak bicara.
Bukan hanya merespons, Yusuf kerap memintanya untuk memutarkan musik dangdut. Sebab, Yusuf akan terlihat tenang dan bergoyang mengikuti alunan musik. Sesekali ia ikut bernyanyi.
“Kadang-kadang anak saya suka respons kalau diajak berbicara. Kesukaannya denger musik dangdut. Tapi kalau lagi kumat suka nendang pintu (besi) sambil teriak-teriak,” ucap dia.
“Kadang-kadang makanan yang saya sediakan dilempar. Ada orang yang deketin suka dirawel (ditarik),” ujar Ratna menambahkan.
Ibu rumah tangga ini menceritakan awal mula Yusuf mengalami gangguan jiwa. Tepatnya sewaktu Yusuf berusia 2,5 tahun, tiba-tiba ia kejang-kejang hingga diboyong ke Rumah Sakit Kebon Jati Bandung.
Usai mendapatkan perawatan, dia sempat koma selama 1,5 bulan. Setelah menjalani penanganan medis di rumah sakit, dokter menyarankan Yusuf berobat jalan. Yusuf harus pulang ke rumah dengan kondisi koma.
“Anak saya waktu itu koma di rumah sakit, kata dokter ini mah enggak akan lama. Jadi mereka suruh bawa pulang aja berobat di rumah. Jadi saya bawa pulang,” tutur Ratna.
Setelah 1,5 bulan koma, Yusuf sadar dan kembali bersosialisasi dengan teman sebayanya. Namun keanehan muncul. Yusuf menjadi pribadi yang agresif dan sering memukuli teman-temannya.
“Setelah koma itu anak saya jadi sering gigit dan pukul temannya. Jadi sering ngamuk,” kata Ratna. | sumber: detik.com
Discussion about this post