MEDIAACEH.CO, Italia – Tinggal di sebuah kota kecil yang indah di pegunungan nampaknya bukan pilihan utama dewasa ini.
Buktinya kota kecil Bormida di provinsi Savona, Italia. Kota kecil itu terus ditinggalkan penduduknya dan hanya menyisakan 394 orang saja di sana.
Kondisi ini tentu memusingkan wali kota Daniele Galliano yang berusaha keras meningkatkan penduduk di kota yang dipimpinnya itu.
Salah satu cara yang digunakan adalah dengan menawarkan uang tunai 2.000 euro atau hampir Rp 30 juta bagi siapa saja yang berminat pindah ke kota itu.
Selain uang tunai, insentif lain adalah sewa rumah yang murah yaitu hanya 50 euro atau Rp 750.000 sebulan atau 120 euro alias Rp 1,7 juta untuk rumah yang lebih besar.
Saat mengunggah video soal kesempatan ini lewat akun Facebooknya, kota Bormida kebanjiran lamaran penduduk baru dari berbagai belahan dunia termasuk dari AS, Inggris, Hungaria, hingga Indonesia.
Beberapa orang tertarik dengan tawaran itu karena murni ingin menjalani hidup lebih sederhana. Sebagian lain meminta adanya fasilitas wi-fi kecepatan tinggi agar mereka bisa tetap bekerja jika pindah ke kota kecil itu.
Namun, sang wali kota mengingatkan, usulan insentif uang tunai 2.000 euro ini masih harus mendapatkan persetujuan dari dewan kota.
Namun, soal sewa rumah yang sangat terjangkau itu, wali kota Galliano menjanjikan akan rampung dalam dua bulan.
Kota kecil itu pernah memiliki penduduk cukup banya hingga sekitar 1.000 orang pada 1950-an.
Namun, sejak Perang Dunia II berakhir Italia dilanda gelombang urbanisasi masif yang mengakibatkan kota-kota kecil dan desa kehilangan penduduknya.
Meski sepi, kota Bormida memiliki fasilitas yang lumayan. Di kota itu terdapat jalan raya yang cukup ramai, empat restoran, sebuah perpustakaan, apotek, kantor pos yang buka tiga hari sepekan, minimarket, serta sebuah penginapan.
Bagaimana soal fasilitas kesehatan? Jangan khawatir seorang dokter berkunjung ke Bormida tiga kali dalam sepekan.
Namun, tinggal di kota ini penduduknya harus kreatif menghibur diri karena kota terbesar terdekat, Genoa, berjarak sekitar 80 kilometer.
“Tak banyak kegiatan yang bisa dilakukan di sini,” kata seorang manajer restoran setempat.
“Tetapi kehidupan di sini sangat sederhana dan alami. Ada hutan, kambing, gereja, dan cukup banyak makanan. Hidup di sini dijamin bebas dari stres,” tambah dia.[] Sumber: Kompas.com
Discussion about this post