Ia bernama lengkap Iskandar Usman Al-Farlaky. Iskandar tercatat sebagai politisi termuda untuk DPR Aceh periode 2014-2019.
Ya, Iskandar merupakan pria berkelahiran Peureulak 3 Nopember 1981 silam. Biarpun berumur masih sangat muda, namun sosok ini terkenal vokal dalam menyuarakan aspirasi masyarakat.
Hal ini pula yang membuat putera dari pasangan almarhum Usman Amin dan Ramlah Basyah ini ditunjuk sebagai Ketua Badan Lagislasi DPR Aceh untuk 2,5 tahun pertama masa jabatannya.
Anggota DPRA termuda ini merupakan anak kelima dari enam bersaudara lahir dari keluarga guru. Ayah Iskandar merupakan perintis sekolah Madrasah Ibtidaiyah di kawasan Peureulak, Aceh Timur.
Pria berdarah India tersebut selama ini menjadi punggawa qanun atau perda di lembaga dewan. Hasilnya di tahun 2016 sukses merampungkan 100 persen qanun prioritas. Selain itu, Iskandar juga merupakan anggota Komisi 1 yang membidangi politik, hukum, pemerintahan, dan keamanan.
Selama di parlemen Aceh, Iskandar Farlaky juga aktif mengisi pemateri di berbagai acara televisi, radio, dan juga seminar yang diselenggarakan mahasiswa serta LSM. Ciri khas tersendiri itu menjadikan seorang Iskandar Usman Al-falaky sebagai salah satu politisi paling populer di Aceh saat ini.
Politisi muda Partai Aceh itu melanggeng ke kursi Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA)dengan meraup sekitar 13 ribu suara badan. Iskandar pun akhirnya mampu memberi sumbangsih yang luar biasa kepada Partai Aceh—karena mendapat energi baru dari para kader muda yang sukses menarik simpati rakyat.
Iskandar yang kini dipercayakan Mualem menjadi Ketua Fraksi PA merupakan mantan aktivis dan orator kampus. Ia mendedikasikan dirinya sebagai aktivis jalanan dari kampus IAIN Ar- Raniry. Sempat menjadi Sekjend BEMA dan mendirikan LSM.
Saat konflik berkecamuk, Iskandar sempat lolos tiga kali dari kepungan aparat keamanan. Parahnya ketika masih belajar di MUQ Langsa, dia juga sudah aktif berceramah keliling gampong mengkampanyekan GAM. Aksinya itu sempat membuat dirinya masuk dalam daftar orang dicari oleh aparat keamanan.
Usai menamatkan kuliah, Iskandar sempat bergabung menjadi jurnalis harian Serambi Indonesia. Saat maju sebagai kandidat BEMA di kampus IAIN Ar-Raniry Iskandar juga harus berurusan dengan polisi. Ia boyong ke Poltabes Banda Aceh bersama 10 orang aktivis mahasiswa lain karena kerusuhan di kampus.
Kini, setelah meniti karier di dunia politik, dan menjadi salah satu politisi yang populer di Aceh, sikap lantang dan vokal dalam menyuarakan kepentingan rakyat Aceh tak pernah kendur. Baik di depan pejabat di Jakarta, Iskandar tetap dengan gayanya yang lantang berteriak agar Jakarta tidak lagi menipu Aceh.[]
Discussion about this post