MEDIAACEH.CO, Paris – Peristiwa itu telah berlalu 22 tahun silam, namun masih membekas di kalangan pembela hak asasi manusia di Prancis. Pada 1 Mei 1995, sekelompok orang berkepala gundul dari sayap kanan Front Nasional (FN) melemparkan Brahim Bouarram, 29 tahun, warga keturunan Prancis-Maroko, ke dalam Sungai Seine.
Ayah dua anak yang sebelumnya berjalan kaki bersama pacarnya itu akhirnya tenggelam dan tewas di sungai lantaran tak bisa berenang.
Sejak insiden tersebut, para aktivis di Prancis memperingati pembunuhan itu di Ibukota Paris sekaligus memberikan penghormatan kepada almarhum dan seluruh korban serangan rasis.
Tahun ini, meskipun kondisinya berbeda, kerumunan orang berkumpul di ibu kota pada Senin, 1 Mei 2017, untuk menentang xenophobia pada pemilihan presiden yang akan berlangsung pekan depan.
Kedua calon presiden, Emmanuel Macron dan Marine Le Pen, berhasil melaju ke babak kedua setelah mengikuti pemilihan presiden putaran pertama, 23 April 2017.
Pada Ahad, 7 Mei 2017, jutaan warga Prancis akan memilih Macron, calon presiden unggulan, dan Le Pen, pemimpin FN di akhir putaran pemilu.
Terakhir kali sayap kanan Front Nasional berkuasa pada 2002, ketika ayah Marine, Jean-Marie Le Pen, mengalahkan Jacques Chirac.
Saat peristiwa kematian Bouarram, Jean-Marie Le Pen, berkomentar minor. “Anda mungkin akan bertanya mengapa saya tidak mengutuk hujan, hujan es, kecelakaan lalu lintas atau gempa bumi,” ucapnya saat itu kepada New York Times.
Sikap dia bisa dipahami karena akar ideologi Front Nasional adalah rasisme, sehingga kematian Bouarram dianggap biasa saja.
“Kami memperingati kematian Brahim setiap 1 Mei sejak peristiwa pembunuhan berlatar belakang rasis,” kata Driss El Kherchi, 56 tahun, seorang imigran yang tinggal di Prancis selama 34 tahun.
“Kami menolak rasisme, kekerasan dan pembunuhan terhadap masyarakat,” katanya kepada Al Jazeera seraya menambahkan bahwa dia melawan Front Nasional selama lebioh dari 20 tahun.
Pada aksi jalanan itu, sejumlah aktivis juga berbicara mengenai perlawanan mereka terhadap rasisme dan menyerukanmemberikan hak kepada warga Afrika, Roma, Arab, Yahudi dan muslim.
Mereka juga membuang kembang ke sungai tempat Bouarram tewas sambil meneriakkan, “Tidak ada ruang untuk kaum fasis, Brahim Bouarram kami tidak akan melupakanmu!”[]
Sumber: Tempo
Discussion about this post