Pekanbaru – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Pekanbaru mendeteksi sebanyak 20 titik panas yang mengindikasikan adanya kebakaran hutan dan lahan di enam Provinsi Riau, Senin.
“Titik panas dengan tingkat kepercayaan di atas 50 persen tersebar di Provinsi Riau, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi dan Bengkulu,” kata Kepala BMKG Pekanbaru, Sugarin di Pekanbaru.
Ia menjelaskan titik-titik panas yang terpantau satelit Terra dan Aqua pukul 06.00 WIB hari ini tersebut meningkat dibanding Ahad petang kemarin (23/4) yang terpantau 15 titik.
Dari 20 titik panas hari ini, Provinsi Riau masih merupakan penyumbang titik panas terbanyak dengan total tujuh titik panas. Selanjutnya empat titik panas terpantau di Provinsi Sumatera Utara, tiga titik panas masing-masing di Sumatera Barat dan Aceh serta Jambi dua titik dan Bengkulu satu titik.
Sugarin menjabarkan, tujuh titik panas di Riau terpantau menyebar di lima kabupaten, masing-masing dua titik panas di Kabupaten Siak dan Kuantan Singingi serta satu titik panas lainnya di Bengkalis, Indragiri Hilir dan Pelalawan.
Dari tujuh titik panas di Riau, tiga titik lainnya dipastikan sebagai titik api atau mengindikasikan adanya kebakaran hutan dan lahan dengan tingkat kepercayaan diatas 70 persen.
Tiga titik panas tersebut menyebar di Kabupaten Kuantan Singingi dua titik serta Bengkalis satu titik. Dua titik api di Kuantan Singingi terpantau berada di Kecamatan Kuantan Hilir dengan tingkat kepercayaan antara 80 persen hingga 98 persen.
Sementara satu titik api di Bengkalis terdeteksi berada di Kecamatan Bukit Batu dengan tingkat kepercayaan di atas 71 persen.
Meski begitu, Sugarin mengatakan secara umum hujan dengan intensitas ringan hingga sedang masih berpotensi terjadi di sebagian besar wilayah Riau.
Namun, dirinya mewaspadai transisi musim hujan menjadi musim kemarau diprediksi akan terjadi memasuki Mei mendatang. Kemarau tersebut diperkirakan akan berlangsung hingga September 2017 sehingga kondisi tersebut perlu diwaspadai.
“Kemudian yang perlu diantisipasi pada Mei-September mendatang, pola angin akan berubah dari selatan ke utara. Artinya kalau terjadi kebakaran, asap akan lari ke negeri tetangga,” tuturnya.
Sebelumnya Gubernur Riau menetapkan status siaga darurat bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan 2017. Status siaga itu efektif berlaku selama 96 hari, atau mulai Januari ini hingga 30 April 2017 mendatang.
BPBD mencatat, sepanjang triwulan pertama 2017 ini, lebih 300 hektare lahan di Riau hangus terbakar. Satgas terus berusaha mencegah Karhutla dengan meningkatkan patroli terpadu serta membangun sekat-sekat kanal. | sumber: antara
Discussion about this post