MEDIAACEH.CO, Banda Aceh – Aceh adalah daerah pertama yang menerima Islam di Indonesia. Dalam catatan sejarah, daerah ujung Sumatera ini telah mengenal kebudayaan Islam sejak abad ke 7 Masehi.
Sejak itu, Islam terus berpengaruh dalam sendi kehidupan masyarakat dan pemerintahaan di Aceh. Bahkan ketika masa kejayaan Kerajaan Aceh Darussalam abad 17, Aceh ikut berperan menyebar Islam ke beberapa daerah di Nusantara.
Hal ini seperti penyebaran Islam di Sulawesi Selatan. Orang Bugis Makassar saat ini berterimakasih kepada Aceh atas perannya memerintahkan tiga orang ulama untuk menyebar Islam di sana.
Hal ini diungkap Dr Suriadi Mappangara, Kepala Laboratorium Sejarah dan Budaya Universitas Hasanuddin Makassar.
“Orang Bugis Makassar berterimakasih kepada Sultan Aceh yang telah meminta tiga ulama menyebarkan Islam di Makasar,” kata Suriadi Mappangara, dalam kuliah umum di Jusuran Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah, Selasa 21 Maret 2017.
Suriadi Mappangara mengatakan, Kerajaan Aceh Darussalam sangat berperan terhadap penyebaran Islam di Sulawesi Selatan. Dimana pada masa itu Raja Aceh, Sultan Ali Riayat Syah sampai dengan Sultan Iskandar Muda melalui Johor meminta dikirim ulama ke Makasar untuk menyebar Islam di wilayah tersebut.
Dilansir dari berbagai sumber, Islam mulai menyebar di Sulawesi Selatan memasuki awal abad 17 dengan kehadiran tiga ulama dari Minangkabau yakni Datuk ri Bandang, Datuk ri Tiro, dan Datuk ri Patimang. Ketiga ulama tersebut diutus secara khusus oleh Sultan Aceh dan Sultan Johor untuk mengembangkan dan menyiarkan agama Islam di Sulawesi Selatan.
Kedatangan tiga ulama utusan Aceh dan Johor pada abad ke-17 tersebut dianggap sebagai peletak dasar ajaran Islam di Sulawesi Selatan. Tiga ulama itu berhasil mengislamkan petinggi-petinggi kerajaan Gowa-Tallo yang kemudian menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan pada tahun 1607.
Walaupun Islam ditetapkan sebagai agama resmi pada tahun 1607, tapi proses islamisasi telah dimulai beberapa tahun sebelumnya. Dimana ketiganya ulama tersebut mulai mengislamkan beberapa petinggi di Sulawesi Selatan, seperti Datuk Luwu yang kemudian diberi nama Islam, Sultan Muhammad Mahyuddin pada bulan Februari tahun 1605.
Pada tahun yang sama mereka juga mengislamkan Raja Tallo dan Goa pada September 1605. Setelah masuk Islam Raja Tallo, Imalingkaan Daeng Mayonri Karaeng Katangka, berganti nama menjadi Sultan Abdullah Awalul Islam dan raja Gowa diberinama Sultan Alauddin.
Setelah para raja memeluk Islam, baru Islam diumumkan secara formal sebagai agama kerajaan. Hal ini dilakukan oleh Raja Goa Sultan Alauddin saat menggelar salat Jumat besar-besaran pada tahun 1607. Sejak itu pula Sultan Alauddin dipandang sebagai pemimpin Islam di Sulawesi Selatan.
Kaitan sejarah antara Aceh dan Bugis juga tidak hanya pada penyebaran Islam. Dalam catatan sejarah lain juga tercatat, beberapa keturunan Bugis memiliki peran penting dalam kerajaan Aceh. Bahkah beberapa sultan Aceh terakhir memiliki kaitan keturunan Bugis Makassar.
Hal itu bisa dilihat dari adanya pemakaman khusus raja-raja keturunan bugis di Aceh. Dimana dalam kompleks pemakaman yang berlokasi di depan Museum Aceh Kecamatan Baiturrahman Kota Banda Aceh tersebut dikebumikan raja-raja Aceh keturunan Bugis dan keluarganya.
Adapun yang dimakamkan di situ yaitu Sultan Alauddin Ahmad Syah, Sultan Alauddin Johan Syah, Sultan Muhammad Daud Syah, dan Pocut Muhammad. Sultan Ahmad Syah adalah Sultan Kerajaan Aceh Darussalam pertama dari Dinasti Aceh-Bugis yang memerintah dari 1727 sampai 1735. Setelah itu, Dinasti Aceh-Bugis terus berkuasa sampai berakhirnya masa Kerajaan Aceh Darussalam.
Discussion about this post