MEDIAACEH.CO, Banda Aceh – Kasus penyakit difteri di Aceh meningkat tajam dari tahun ke tahun. Periode Januari-Februari 2017 ini, bahkan ditemukan penderita yang meninggal dunia.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh, dr Hanif mengatakan, tahun 2016 ditemukan 11 kasus difteri dengan empat pasien meninggal dunia. Tahun 2017, baru memasuki 2 bulan meningkat drastis mencapai 53 kasus difteri ditemukan.
“Aceh timbul kembali difteri, padahal dulu kita sudah menganggap sudah tidak ada lagi,” kata Hanif di Banda Aceh, Kamis 2 Maret 2017.
Sesuai data Dinkes Aceh Januari-Februari 2017, Kabupaten Aceh Utara merupakan daerah yang paling tinggi kasus difteri, yaitu 24 kasus. Lalu disusul Kabupaten Pidie Jaya 10 kasus, Banda Aceh yang merupakan pusat ibu kota Aceh juga tergolong tinggi terjangkit difteri yaitu tujuh kasus.
Sedangkan kabupaten lainnya adalah Bireuen lima kasus difteri, Aceh Barat tiga kasus, Aceh Besar dua kasus dan Lhokseumawe dan Aceh Selatan hanya satu kasus. Dari jumlah total 53 kasus difteri seluruh Aceh, tiga orang meninggal dunia akibat tak tertolong diserang virus difteri.
“Penderita difteri ini rata-rata anak-anak. Orang dewasa ada juga yang terkena. Penderita dewasa kurang fatal. Kalau anak-anak itu cukup fatal,” jelas dr Hanif.
Dari 53 penderita difteri hanya empat pasien yang mengetahui ada menggunakan vaksin difteri sebelum sakit. Selebihnya 49 pasien mereka menjawab tidak mengetahui pernah atau tidak menyuntik vaksin difteri sebelumnya.
“Segera periksa ke dokter jika ada anak-anak yang mengalami gejala difteri,” pintanya.
Sebelumnya Wakil Direktur Pelayanan Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin (RSUZA), dr Azharuddin menyebutkan kasus difteri di Aceh sudah memprihatinkan, karena masih tinggi penderita difteri di Aceh. Seharunya, penyakit menular ini sudah tidak ada lagi.
Azharuddin meminta kepada seluruh masyarakat Aceh untuk melakukan pencegahan dengan cara memberikan imunisasi. Dengan adanya imunisasi kekebalan tubuh akan kuat, sehingga tidak mudah terserang berbagai penyakit, termasuk bakteri difteri.
“Umumnya penderita yang ada, cakupan imunisasi itu rendah,” jelasnya.
Adapun gejala diderita terserang bakteri difteri seperti demam tinggi, susah menelan dan mulutnya berselaput putih, termasuk lidah. Bahkan bisa lebih parah, bila susah bernaas berakibat meninggal dunia. “Kalau ada gejala seperti itu segera periksa, sampai dibuktikan oleh medis bukan difteri,” terangnya.
Lanjutnya, bila penderita difteri sudah parah. Seluruh rongga mulut penderita putih, baik lidah, langit-langit mulut dan bahkan leher penderita bengkak. “Begitu ganasnya bakteri defteri ini,” sebutnya.
Menurut Azharuddin, pencegahan tidak hanya dilakukan hilir, tetapi dari hulu sampai ke hilir. Salah satunya adalah penting masyarakat mendapat pemahaman pentingnya imunisasi, agar kekebalan tubuh seseorang kuat.
“Soalnya penyakit ini juga berpengaruh dan berdampak pada sosial. Besar beresiko untuk orang lain, karena penularan bisa lewat udara seperti batuk,” tegasnya.
Kalau ada anggota keluarga yang diduga terjangkit difteri, sebutnya, cukup anggota keluarga lain menggunakan masker. Menghindari kontak langsung seperti batuk atau pernapasan lainnya dengan penderita difteri.
“Maskernya bisa dibeli di apotek atau toko obat. Yang penting jangan ada kalau batuk muncrat langsung,” terangnya.[] Sumber: Merdeka.com
Discussion about this post