PRIA itu berambut putih. Dia memakai celana kain serta kemeja bergaris hitam. Usia-nya sudah terbilang tua. Namun gerak serta langkahnya masih lincah seperti pria muda.
Raut wajahnya terlihat keras. Tatapannya tajam. Suaranya juga masih lantang laksana tentara.
Dua pria bertubuh subur mengampitnya di sisi kiri dan kanan. Mereka laksana pengawal bagi pria berambut putih tadi.
Dia adalah Tjut Agam. Sosok ini dikenal sebagai tokoh yang lantang memperjuangkan pembentukan provinsi Abas yang terpisah dari Aceh. Namun baru-baru ini menyatakan mendukung Mualem sebagai calon gubernur Aceh di pilkada 2017.
Malam itu, Tjut Agam berkunjung ke Mess Ketua Gerindra Aceh, TA Khalid, di Komplek Bulog, Kota Banda Aceh.
“Saya kalau hujan seperti ini sudah tak terasa lagi. Sudah biasa,” ujarnya sambil mengamati guyuran hujan yang turun dari atap rumah. Saat itu kawasan Komplek Bulog memang sedang dilanda hujan deras.
Beberapa pria muda yang turut hadir di sana tersenyum. Dua diantaranya adalah Ketua KPA Aceh Barat, Teungku Jauhari, serta Koordinator Koalisi Aceh Bermartabat (KAB) Wien Rimba Raya.
Hadir juga Ketua Gerindra Aceh, TA Khalid, sebagai tuan rumah. Tjut Agam dan TA Khalid terlihat akrab.
Saat itu, baik Tjut Agam maupun tamu lainnya, duduk di kursi teras depan. Mereka sesekali terdiam mendengar suara hujan jatuh.
“Saya mohon diajarkan cara-cara memimpin pasukan dari Tjut. Saya harus belajar banyak dari beliau,” kata Teungku Jauhari tiba-tiba. Tjut Agam tersenyum dan beberapa tamu lainnya tersenyum.
“Ya. Memang harus. Kamukan panglima-nya,” ujar Tjut Agam lagi.
Beberapa menit kemudian, satu unit mobil merapat di depan mess. Mualem Muzakir Manaf turun dari dalam mobil dan menyalami semua tamu yang berada di depan mess tadi.
Mualem juga memeluk Tjut Agam.
“Kiban Tjut! Sehat?” ujar Mualem.
“Alhamdulillah,” kata Tjut Agam sambil tersenyum.
TA Khalid kemudian mempersilahkan Mualem dan Tjut Agam untuk duduk di ruang tamu. Alasannya, udara di luar kian dingin.
“Di luar saja. Tak masalah. Kami sama-sama berlatar belakang militer. Udara seperti ini sudah biasa bagi kami,” ujar Tjut Agam.
Mendengar hal ini, Mualem tertawa lepas. Demikian juga dengan para tamu lainnya. Namun Mualem mengikuti nasehat TA Khalid. Mualem juga meminta Tjut Agam mengikutinya ke ruang tamu. Teungku Jauhari dan Wien Rimba Raya menyusul dari belakang.
“Di sinoe mangat ta peugah haba,” kata Mualem. Tjut Agam mengangguk. Sosok itu memilih duduk di sisi kanan Mualem. Sementara TA Khalid di sisi kiri.
Di hadapan para tamu, Tjut Agam juga mengungkap alasan mengapa dirinya memilih Mualem Muzakir Manaf serta bukan kandidat lainnya. Alasannya, kata Tjut Agam, karena keinginan Mualem untuk membangun Aceh bersama-sama. Keinginan ini menggerak-nya untuk mendukung Mualem.
“Selama ini kita terpecah dan terpola. Untuk membangun Aceh dengan pola seperti ini tentu tak bisa. Saya baru menyadarinya. Membangun Aceh harus dengan kebersamaan,” kata Tjut Agam.
“Saya memiliki kelebihan. Mualem juga. Demikian juga dengan yang lainnya. Semua kelebihan ini disatukan untuk membangun Aceh. Isya Allah,” ujarnya lagi.
Tjut Agam juga sepakat dengan koalisi PA-Parnas yang sedang digagas oleh Mualem. Menurutnya, koalisi ini membuka peluang untuk pembangunan Aceh yang lebih baik di masa depan.
“Membangun Aceh harus dimulai dari masyarakat. Yang penteng masyarakat beu get. Kalau get masyarakat get mandum. Peduli terhadap kaum dhuafa serta membangun rumah sakit,” ujarnya.
Mualem sendiri mengaku sangat berterimakasih atas dukungan dari Tjut Agam. Mualem mengajak sosok itu untuk membangun Aceh bersama-sama.
“Membangun Aceh harus dimulai dari hati,” kata Mualem. Tjut Agam mengangguk setuju.
Sekitar pukul 23.00 WIB, Tjut Agam akhirnya meminta izin pamit. Sosok itu diantar oleh Teungku Jauhari.
“Saya ini tentara. Saya akan bekerja. Nanti kalau ke Meulaboh singgah ke rumah saya, Mualem,” ujar Tjut Agam sambil tersenyum. []
Discussion about this post