Kamis, November 13, 2025
MEDIAACEH.CO
  • News
  • Headline
  • Sports
  • Politik
  • Ekonomi
  • Internasional
  • Health
  • Hiburan
  • Kolom
No Result
View All Result
  • News
  • Headline
  • Sports
  • Politik
  • Ekonomi
  • Internasional
  • Health
  • Hiburan
  • Kolom
No Result
View All Result
MEDIAACEH.CO

[Cerbung] Sang Kombatan (102)

by Redaksi
1 April 2016
in Tak Berkategori
Reading Time: 3 mins read
FacebookTwitterWhatsppLine

Sipil GAM dan KTP Merah Putih
Cot Trieng, awal 2004

RAUT wajah-wajah kebingungan terlihat di pedalaman Cot Trieng. Mereka adalah para sipil GAM. Mereka lari bersama pasukan karena sedang dicari-cari oleh TNI di perkampungan.

Adanya peunutoh dari panglima tertinggi melalui Sofyan Dawood ternyata tak membuat mereka lepas dari masalah. Ya, Mualem beberapa hari lalu, baru saja mengeluarkan peunutoh bahwa sipil GAM dan tentara yang sakit boleh berlindung di perkampungan atau keluar Aceh.

Aku penasaran dengan masalah yang dihadapi oleh para sipil ini.

“Kami tak mungkin turun ke perkampungan, Pakwa. Ini hanya akan menyusahkan keluarga atau saudara. Sedangkan ke luar Aceh juga tak mungkin, pemeriksaan dilakukan siang dan malam sepanjang jalan,” ujar seorang sipil GAM. Aku tak mengenal sosok sipil tersebut.

Apa yang dikatakan sipil ini memang benar adanya. Perkampungan bukan lagi tempat yang aman bagi para sipil GAM. Ini karena nama-nama telah berada di tangan TNI dan mereka memang sedang diburu.

Sementara bergabung dengan pasukan-pun tak mungkin. “Keberadaan mereka ini bisa membuat logistic cepat habis, Pakwa. Kita tak bisa berperang. Kita harus mencari jalan keluarnya segera,” keluh Puly.

Puly merupakan pimpinan pasukan yang bermarkas di Cot Trieng. Kawasan ini paling sering diserbu oleh TNI karena dianggap sebagai jalur keluar masuk GAM.

Memang hampir sepekan ini aku berada di kamp Puly di Cot Trieng. Ini karena aku tak lagi bergerilya bersama Dani, Adi dan Geuchik Daud.

Dani minta izin untuk menuju ke Kota Lhokseumawe. Ini karena sosok itu lebih merasa nyaman berada di kota daripada bergerilya dalam hutan seperti sebelumnya.

“Begini Pakwa, aku senang kita bergerilya berempat. Tapi aku rasa aku lebih baik berada di Kota Lhokseumawe. Aku lebih mudah mengontrol pasukan dari sana,” ujar Dani sebelum kami berpisah.

Apa yang dikatakan Dani memang masuk akal. Pasalnya, dia memang memiliki misi khusus yang sangat rahasia.

“Kalau aku kembali ke Paloh. Aku mungkin akan bergabung dengan Munir,” ujar Adi saat itu.

“Aku akan bergabung dengan pasukan Wan Limpeun,” kata Geuchik Daud kala itu. Dan akhirnya, kami berempat-pun berpisah dan aku sendiri bergabung ke kamp Puly.

“Apa yang harus kita lakukan, Pakwa?” ujar Puly lagi membuyarkan lamunanku. Aku terdiam beberapa saat. Demikian juga dengan Puly. Dia sepertinya menantikan jawabanku.

“Mereka bisa keluar jika seandainya memperoleh KTP merah putih. Namun untuk mengambil kebijakan ini perlu dukungan dari sejumlah kepala pasukan lainnya,” ujarku.

Aku kemudian menghubungi beberapa pimpinan pasukan. Aku menghubungi Kopianan. Ternyata sosok itu juga memiliki persoalan yang sama. Sejumlah sipil yang berlindung dalam pasukannya enggan turun karena khawatir dengan keselamatan.
Kopianan menyambut baik rencana pengambilan KTP merah putih bagi sipil GAM. Demikian juga dengan Tanggi. Kami kemudian sepakat untuk mengutus beberapa penghubung dan membuat hubungan dengan petugas di kantor kecamatan untuk mendapatkan sejumlah KTP merah putih.

Hanya butuh satu hari untuk menjalankan misi tersebut. Malamnya, sang penghubung membawa kami ribuan KTP merah putih yang sudah terstempel dan ditandatangani Danramil, Kapolsek serta camat. Tinggal ganti foto dan sedikit stempel di sampingnya.

Penghubung juga membuat pasfoto ukuran KTP untuk semua sipil. Dia juga membuat duplikat stempel camat.
Kami kemudian membagi-bagikan KTP tersebut pada sipil. Selebihnya dikirim ke lokasi penampungan sipil lainnya dalam pasukan lain.

“Pilihlah desa yang tergolong zona aman serta umur yang mendekati. Jangan nanti muka 45 tahun tapi pas di umur KTP 20 tahun,” ujarku pada mereka yang sedang membilah KTP.

Mereka tertawa mendengarkan penjelasanku. Demikian juga dengan anggota pasukan. Aku sendiri kemudian mengambil selembar KTP merah putih. Ini karena KTP merah putih yang pernah diberikan Hamdani sebelumnya sudah kuserahkan pada pasukan untuk dimusnahkan. Pasalnya, keberadaan KTP merah putih milikku sebelumnya sempat membuat anggota pasukan tidak nyaman. Pemusnahan agar mereka tak berpikir macam-macam terhadapku. Aku memilih mengambil KTP bernama Anwar. Beberapa hari usai pengambilan KTP, para sipil mulai turun satu persatu dari kawasan Cot Trieng. Ada yang bergerak ke Banda Aceh serta ada juga yang menuju ke arah timur. Namun mayoritas menuju Malaya melalui jalur laut di Kuala Idi.

Rata-rata beralasan bahwa Malaya merupakan tempat perlindungan yang baik. Di sana, mereka juga dapat bekerja dan mengirim uang untuk keluarga serta pasukan yang bertahan di pedalaman Aceh. [Bersambung]
Cerita bersambung ini karya Musa AM

Baca Juga :

[Cerbung] Sang Kombatan (101)

Previous Post

Pemko Banda Aceh Kembali Bangun Rumah Susun

Next Post

Tujuh Manfaat Kopi Untuk Kesehatan

JanganLewatkan!

Pelajar Diminta Perkuat Diplomasi Budaya Indonesia di Dunia

Pelajar Diminta Perkuat Diplomasi Budaya Indonesia di Dunia

by Redaksi
10 November 2025
0

MEDIAACEH.CO, Palembang - Kekuatan media massa dalam diplomasi kontemporer sebagai medan pertempuran narasi. Kaum pelajar tidak boleh membiarkan narasi Indonesia...

Iwan Wahfar Terpilih Aklamasi Pimpin Pengprov Woodball Aceh 2025-2029

Iwan Wahfar Terpilih Aklamasi Pimpin Pengprov Woodball Aceh 2025-2029

by Redaksi
9 November 2025
0

MEDIAACEH.CO, Banda Aceh - Musyawarah Provinsi (Musprov) Indonesia Woodball Association (IWbA) Provinsi Aceh Tahun 2025 yang berlangsung di Aula Asrama...

Jufrizal: Elemen Jurnalisme harus Menjadi Kompas Etika Profesi

Jufrizal: Elemen Jurnalisme harus Menjadi Kompas Etika Profesi

by Redaksi
8 November 2025
0

MEDIAACEH.CO, Palembang - Tanpa memahami prinsip dasar elemen jurnalisme tentang kebenaran, disiplin verifikasi, indepedensi, serta loyalitas kepada publik akan berdampak...

Next Post

Tujuh Manfaat Kopi Untuk Kesehatan

Ini Dia, iPhone Termurah Sepanjang Sejarah

Discussion about this post

BeritaTerbaru

Pelajar Diminta Perkuat Diplomasi Budaya Indonesia di Dunia

Pelajar Diminta Perkuat Diplomasi Budaya Indonesia di Dunia

10 November 2025
Iwan Wahfar Terpilih Aklamasi Pimpin Pengprov Woodball Aceh 2025-2029

Iwan Wahfar Terpilih Aklamasi Pimpin Pengprov Woodball Aceh 2025-2029

9 November 2025
Jufrizal: Elemen Jurnalisme harus Menjadi Kompas Etika Profesi

Jufrizal: Elemen Jurnalisme harus Menjadi Kompas Etika Profesi

8 November 2025
KONI Aceh Gelar Rapat Pleno Perdana Kepengurusan 2025-2029

KONI Aceh Gelar Rapat Pleno Perdana Kepengurusan 2025-2029

6 November 2025
Ecoprint Sabang: Karya Perempuan yang Tumbuh dari Pandemi menjadi Produk Andalan Wisata Aceh

Ecoprint Sabang: Karya Perempuan yang Tumbuh dari Pandemi menjadi Produk Andalan Wisata Aceh

6 November 2025
  • Home
  • Iklan
  • Karir
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Redaksi
  • Tentang Kami

© 2021 MEDIAACEH.CO

No Result
View All Result
  • News
  • Headline
  • Sports
  • Politik
  • Ekonomi
  • Internasional
  • Health
  • Hiburan
  • Kolom

© 2021 MEDIAACEH.CO