USAI melaksanakan salat Magrib di Desa Suri Musara, Kecamatan Pantan Cuaca, kami kembali Kota Blangkejeren. Rombongan ini tiba di ibukota Gayo Lues itu sekitar pukul 09.15 WIB.
Seperti kata Agen, kami akan kembali menginap di Hotel Mulia, Kabupaten Gayo Lues.
Senin pagi, 14 Maret 2015, kami mendapat informasi bahwa Wagub Mualem tak langsung berangkat ke Aceh Selatan dari Banda Aceh. Ini karena salah seorang petinggi Partai Aceh, Atqia Abubakar, meninggal dunia, Senin dini hari tadi.
“Kita berangkat dengan santai saja. Jadi tak terburu-buru,” ujar Wien Rimba Raya. Sebelumnya, kami berlima juga sempat ngopi di salah satu warung di Blangkejeren.
Sekitar pukul 10.30 WIB, Agen kemudian mengarahkan laju kendaraan ke SPBU di Ibukota Gayo Lues. Sayangnya, SPBU tersebut malah memasang plampet bahwa mereka kehabisan stok BBM. Anehnya, BBM justru berlimpah di toko eceran yang berada di samping SPBU tersebut. Karena tak ingin mogok di jalan, kami terpaksa mengisi BBM eceran tersebut dengan harga yang lebih mahal.
“Di Gayo Lues, pemandangan seperti ini sudah biasa,” ujar Agen seperti mengerti apa yang penulis pikirkan.
Agen kemudian memacu mobil dengan kecepatan sedang melalui jalan Blangkejeren – Kuta Panjang –Terangun.
Di Kuta Panjang, rombongan kami sempat berhenti untuk melihat aktivitas di pusat kecamatan yang berada di dekat jalan raya. Aktivitas warga di sana lumayan sibuk dan termasuk salah satu kota kecamatan yang lumayan mau di Gayo Lues.
Sekitar 30 menit di Kuta Panjang, rombongan sepakat untuk kembali meneruskan perjalanan.
Memasuki pergunungan Terangun, jalan aspal mulai berganti kerikil. Kami juga sempat melihat aktivitas di Kampus Unsyiah cabang Gayo Lues yang sepi. Lintas Terangun-Abdya ternyata masih jarang dilalui oleh pengguna kendaraan bermotor. Berjam-jam kami di hutan tersebut, hanya satu dua pengguna sepeda motor yang melintas.
Beberapa titik di pergunungan Terangun juga terlihat bekas area banjir bandang. Hal itu tentu sangat berbahaya bagi pengguna kendaraan bermotor seandainya hujan dadakan terjadi. Saat mobil yang kami tumpangi semakin mendekati kabupaten Abdya, area penebangan liar mulai sering kami jumpai. Jaraknya hanya beberapa meter dari jalan lintas tersebut.
“Ini syurganya pelaku illegal loging,” ujar salah seorang peserta rombongan.
Tak jauh dari lokasi tadi, tiba-tiba mobil yang kami tumpangi berpas-pasan dengan 6 Polhut. Mereka berbaring di pinggir jalan guna menunggu jemputan.
“Ada rokok bang? Rokok bang?” tanya mereka ke arah kami. Mobil berjalan lamban. [Bersambung]
Tulisan ini merupakan laporan perjalanan wartawan mediaaceh.co selama sepekan bersama Wagub Aceh di lintas tengah dan barat selatan Aceh.
Baca Juga :
Discussion about this post