SOSOK ini cenderung pendiam. Perawakannya kecil tapi sangat bersahaja. Namanya dielus-elus para teungku dan santri Dayah Radhatul Jihad, Desa Cinta Maju, Kecamatan Blang Pegayon, Kabupaten Gayo Lues.
Dia juga dipuji-puji di depan rombongan Wagub Mualem dan ratusan undangan yang hadir ke dayah tersebut, saat peringatan maulid nabi Muhammad SAW, Minggu pekan lalu.
Ya, orang-orang memanggilnya dengan sebutan Teungku Organik. Tapi nama aslinya adalah Martunis.
“Saya dipanggil Teungku Organik karena memang aslinya dari Gayo Lues. Saya pasukan GAM yang berasal dari Gayo Lues. Makanya kawan-kawan seperjuangan memanggil saya Organik, Teungku Organik,” ujar Teungku Organik.
Teungku Organik bergabung dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) sejak akhir 2000. Sebelumnya, dia sempat mondok di salah satu pesantren di Aceh Tenggara selama 3 tahun.
Selama di GAM, pria kelahiran 15 April 1987 ini bergerilya dari hutan ke hutan.
“Selama di hutan, saya sadar bahwa kunci perjuangan adalah pendidikan. Kunci kesejahteraan negeri adalah pendidikan. Makanya saya bercita-cita membangun dayah jika suatu saat Aceh damai,” ujar Martunis.
Usai penandatangan MoU Helsinki, Teungku Organik kembali turun gunung dan menjalankan aktivitas seperti biasa.
“Saya mengumpulkan sejumlah tengku-teungku dan mulai menggagas dayah. Namun baru pada 20 Mai 2009, Dayah Radhatul Jihad mampu didirikan. Namun dayah itu sendiri sudah saya pikirkan sejak dalam hutan,” kata ayah dua anak ini.
Kini, Dayah Radhatul Jihad berkembang dengan pesat. Ribuan santri belajar di dayah tersebut. Rata-rata dari keluarga tak mampu. Teungku Organik sendiri dipercayakan sebagai Wakil Pimpinan Dayah Radhatul Jihad.
“Anak saya yang bungsu laki-laki. Saya kasih nama seperti almarhum wali, yaitu Muhammad Hasan Tiro. Masih 1 tahun,” ujarnya lagi. [] (mal)
Discussion about this post