Gerilya dan Taktik Obat Nyamuk
PEMBENTUKAN tim kecil ternyata cukup ampuh dan berhasil. Sejumlah Tentara Nanggroe bisa bertahan dari kepungan Tentara Republik dengan cara berpindah-pindah tempat atau gerilya dengan tetap mengikuti taktik siklus obat nyamuk.
Dimana, tim berjalan memutar dari lokasi yang satu ke lokasi yang lain. Setiap tim kecil berjalan melingkar hingga akhirnya berada di tengah-tengah. Demikian juga dengan tim kami.
Tim kami terdiri dari Adi, Dani, Geuchik Daud dan aku.
Kami berpindah-pindah seputaran Blang Crok Nisam, Ulee Gunong Nisam, Alue Bili Nisam, Cot Mambong Nisam, Pulo Iboeh Kuta Makmur, Saweuek Kuta Makmur, Meunasah Cut Nisam, Jeuleukat Nisam, dengan titik tengah nya berada di Paya Cot Trieng.
Kuta Makmur merupakan wilayah kompi Si Tanggi. Di Saweuk Ada tim pasukan Atok, Cot Mambong Nisam ada tim Teungku Ilyas Pase. Kemudian di seputaran Blang Croek ada tim pasukan Wan Limpeun.
Kemudian di kawasan Jeuleukat dan Meunasah Cut ada tim pasukan Abram dan Kumbang. Sedangkan di Alue Bili Nisam ada pasukan Si Wali dan pasukan Piranha yang dipimpin oleh Ableh.
Selain itu, di Cot Mambong Nisam juga ada pasukan Syaridin Paloh dan Din Tino. Di Pulo Iboeh Kuta Makmur ada tim pasukan Kofianan.
Tim kami sering singgah di Kamp Kofianan karena keberadaan pasukan tersebut berada di posisi teungah lingkaran.
Sedangkan pasukan Si Puly berada di kawasan Cot Trieng wilayah Kota Lhokseumawe.
Gerilya dengan taktik lingkaran obat nyamuk ini awalnya diperkenalkan oleh pimpinan tertinggi GAM, Mualem Muzakir Manaf. Mualem kemudian memberi perintah melalui panglima wilayah Sofyan Dawood.
Aku sendiri, awalnya sempat cemas saat kami diminta menjalankan taktik itu. Aku khawatir akan banyak korban dari pihak Tentara Nanggroe. Namun Bang Yan, sapaan akrab Sofyan Dawood, menyakinkanku bahwa keputusan yang diambil tersebut berdasarkan pemikiran yang matang.
“Kalau kau percaya dengan perintah komando, isya Allah akan selamat dan kita memenangkan pertempuran ini,” ujar Sofyan Dawood kepadaku melalui sambungan telepon.
“Tapi Bang Yan,..,” ujarku.
“Tak usah tapi-tapi. Ini perintah komando. Kalau kau tidak mengikuti taktik ini, maka akan banyak pasukan yang meninggal,” kata Bang Yan.
“Perintah ini berlaku bagi semua. Namun satu saja tim yang tak mengikuti perintah, maka taktik ini akan gagal dan kita akan kalah dalam pertempuran ini. Apa kau mengerti?” ujar Sofyan Dawood lagi.
“Siap Panglima,” kataku.
“Jalankan dulu, nanti baru kita evaluasi setelah melihat hasil di lapangan. Aku mengenal dan percaya padamu, Musa. Aku berharap kau juga percaya padaku dan taktik yang kita rancang ini,” kata Bang Yan lagi.
“Siap Panglima,” ujarku lagi.
Saat taktik ini berjalan hingga sebulan lamanya, kekhawatiranku mulai menghilang sedikit demi sedikit. Ini karena dugaanku ternyata meleset dan keputusan Mualem memang benar adanya.
Sebagai contoh, setiap terjadi pertempuran, tim lainnya yang berada di dekat lingkaran, ternyata dengan cepat bisa membantu.
Setiap tim juga saling mendukung dan menguatkan. Saat TNI mencoba menerobos masuk ke titik pusat. Mereka harus berhadap dengan puluhan tim Tentara Nanggroe dan itu terlalu beresiko bagi mereka.
Berkat taktik ini, kami juga mulai kembali bisa keluar masuk desa. Biarpun TNI sudah membentuk pos-pos kecil di tiap titik yang dianggap basis GAM. Tujuannya untuk mempersempit gerak Tentara Nanggroe.
Ya, strategi dilawan strategi.
“Aku kagum dengan taktik yang diterapkan oleh para pimpinan kita. Kalau kita bertempur dengan kelompok besar, tentu akan mudah dikepung dan TNI akan dengan mudah bisa mempersempit gerak kita,” kata Dani kepadaku, sore hari itu.
“Dengan tim kecil, kita lebih leluasa bertempur serta menghilang,” ujarnya lagi. Aku tersenyum dengan pernyataan Dani. Pasalnya, sebelumnya aku juga berpikiran sama dengan Dani.
“Kalau mereka tak bisa merancang taktik seperti ini, maka tentu Wali tak akan mempercayakan posisi panglima kepada mereka,” kataku lagi. [Bersambung]
Cerita bersambung ini karya Musa AM
Discussion about this post