MEDIAACEH.CO, Banda Aceh – Kepala Dinas Kehutanan Aceh, Husaini Syamaun mengatakan, meningkatnya konflik gajah antar manusia di Aceh saat ini disebabkan oleh adanya benturan antara kebutuhan manusia dan gajah.
Hal itu disampaikannya saat memberikan sambutan usai peresmian program Lestari oleh United States Agency for International Development (USAID) di aula Dinas kehutanan Aceh, Selasa 15 Maret 2016.
"Saat ini banyak masyarakat yang membuka perkebunan di jalur gajah, seperti membuka lahan sawit. Sehingga hal tersebut menyebakan timbulnya konflik," kata Husaini.
Husaini menyebutkan, masyarakat semakin memperluas lahan baru untuk berkebun, Hal tersebut difaktori karena kebutuhan hidup warga.
“Masyarakat membuka lahan baru untuk berkebun, yang lahan tersebut berada di jalur gajah. Otomatis gajah ya marah, karena lahan mereka telah di ambil,” ujarnya.
“Sawit makanan gajah, sawit itu kan berduri, ternyata jika gajah memakan sawit, akan mengeluarkan darah, darah yang di rasakan gajah kan asin, sehingga gajah semakin suka dengan sawit, itulah penyebab kenapa gajah memakan sawit pada lahan milik warga,” ujar Husaini.
Ditambahkannya, pemburuan liar juga menjadi faktor konflik gajah dengan manusia, adanya oknum yang menyuruh masyarakat untuk mengambil gading gajah. Dalam kasus ini kata Husaini, Dinas kehutanan tidak langsung turun kelapanagan untuk memantau pemburuan gajah, namun bekerjasama dengan Forum Konservasi Lauser (FKL) untuk memantau pemburuan liar tersebut.
“Kami terus memberikan sosialisasi kepada masyarakat, untuk tidak memberikan dukungan terhadap pemburuan gajah, untuk saat ini kami belum mendapatkan langsung oknum tersebut," kata Husaini.
Untuk saat ini, pemilik Hak Guna Usaha (HGU) tidak lagi di ijinkan untuk membuka lahan di koridor yang sering di lewati gajah. Namun, pemerintah Aceh belum menetapkan kepastian terhadap titik-titik koridor yang di lalui gajah.[]
Discussion about this post