Ospek mahasiswa baru UGM berakhir selama sepekan.
SELAMA acara, aku hanya sesekali datang untuk memastikan acara berjalan dengan sukses. Maklum, aku dipercayakan oleh senat fakultas sebagai anggota bidang keamanan.
Namun aku tak datang pada penutupan acara kemarin.
Aku memang tak begitu tertarik dengan kegiatan Ospek. Bagiku, Ospek adalah ajang balas dendam antara mahasiswa senior dengan junior.
Selain itu, Ospek juga ajang mencari pacar para mahasiswa senior yang masih jomblo. Rata-rata memang berhasil.
Mungkin karena para mahasiswa baru takut mendapat masalah jika menolak cinta para senior.
Seusai Ospek, aku lebih banyak menghabiskan waktu di ruang kuliah, pustaka dan kantin bersama Tahito. Kami berteman akrab.
Kadang kadang kami masih membahas Gabriel. Ada informasi kalau sosok itu telah bergabung dengan gerakan perlawanan Papua.
Informasi ini didapatkan Tahito dari beberapa mahasiswa Papua yang pernah satu kos dengan Gabriel.
Tahito terkejut dengan apa yang diketahuinya. Namun tidak bagiku. Gabriel berulang kali menyatakan ingin bergabung gerakan perlawanan Papua saat berada di kos-kosanku.
“Aku berharap ia telah mengambil keputusan yang benar bagi hidupnya,” kataku kepada Tahito terkait Gabriel.
Sedangkan Tahito tersenyum.
Seusai kuliah, aku nyaman berada di kos bersama Nyak Mul dan Cokro.
Sebulan terakhir, aku dan Nyak Mul memang baru pindah kos ke kawasan Demangan.
Cokro yang juga mahasiswa asal Aceh bergabung dengan kami dalam satu kos. Kami tinggal bertiga dalam satu rumah.
Ketika malam hari tiba, kami kembali menghabiskan waktu dengan berkeliling Yogya dengan jalan kaki. Jika sebelumnya berdua dengan Nyak Mul, kini bertambah Cokro.
Pulang keliling, aku membaca buku hingga akhirnya tertidur pulas.
+++
TAHITO tersenyum lebar saat aku tiba di pintu masuk ruang kuliah pukul 07.30 WIB.
Pria berambut ikal itu berdiri pas di pintu masuk.
Ya, hari ini kami belajar di lantai 2 Fakultas Ekonomi UGM.
“Aku sudah curiga saat mahasiswi baru tersenyum kepadamu beberapa hari lalu di kantin. Ternyata kalian memang saling kenal,” kata Tahito sambil menghadangku.
Keningku berkerut dengan pertanyaan tiba-tiba dari Tahito.
“Kenapa kau tiba tiba membahas itu lagi? Apa kau menyukainya? ” tanyaku sambil berlalu. Aku mencari kursi kosong dan duduk. Sementara Tahito menyusul dan duduk di kursi depanku.
“Tadi cewek itu ke sini mencarimu. Penampilannya sangat modis dan cantik,” kata Tahito sambil membalikkan badan ke arahku.
Aku yang mendengar keterangan Tahito jelas kaget. Ini karena aku memang tak mengenal mahasiswi itu sama sekali.
“Oya? Ada keperluan apa!” tanyaku lagi.
“Dia mengenalmu, Musa. Dia ingin bicara denganmu usai jadwal kuliah kita yang pertama. Pukul 10.00 WIB ditunggu di kantin nanti,” kata Tahito tersenyum.
“Aku tak bisa. Aku harus balik ke kos karena ada acara dengan teman kos,” kataku lagi.
“Alah..datang aja. Luangkan waktumu sedikit. Lagian aku juga sudah mengatakan oke tadi,” kata Tahito lagi.
Aku terdiam. Janjiku dengan Nyak Mul untuk datang ke asrama mahasiswa Aceh pada jam yang sama, terancam molor, jika aku harus ke kantin untuk berjumpa mahasiswa baru itu.
Aku juga kesal dengan Tahito yang begitu mudahnya berjanji tanpa seizinku.
“Aku minta maaf karena duluan berjanji dengannya. Namun ini semua kulakukan untukmu,” ujar Tahito.
“Ayolah ya. Ikut aku nanti ke kantin. Jangan sampai kau kecewakan cewek itu dan temanmu ini,” katanya lagi dengan nada mengiba.
Keningku berkerut melihat sikap memaksa dari Tahito.
“Apa kau ada disogok untuk memintaku menemuinya?” kataku dengan tatapan curiga ke arah Tahito. Pria berambut ikal itu tersentak mendengar perkataanku.
“Ya tuhan. Apa aku ada tampang penerima sogok? Ayolah, aku hanya ingin mengetahui dimana kalian bertemu,” kata Tahito lagi.
Mendengar pengakuan dari Tahito ini membuatku menarik nafas panjang. Aku juga tak ingin membuat Tahito kecewa.
Selain itu, aku juga penasaran dengan wanita itu. Kapan aku mengenalnya?
Saat aku sedang berpikir, tiba tiba dosen masuk. Tahit yang tadi menghadapku langsung berbalik arah. Suasana hening.
“Kau sebenarnya juga penasarankan kenapa dia mengenalmu?” kata Tahito sambil menoleh ke arahku. (Bersambung)
Cerita bersambung ini karya Musa AM
Baca juga:
Discussion about this post