MEDIAACEH.CO, Jakarta – Salah satu perusahaan media terbesar di Australia, Fairfax Media, mendapatkan dokumen Badan Intelijen Negara (BIN) yang berisi daftar nama sejumlah tokoh gerakan Papua Merdeka yang paling berbahaya.
Surat kabar the Sydney Morning Herald melaporkan, Kamis 4 Februari 2016, dalam daftar itu terdapat nama-nama tokoh agama Papua, aktivis politik, dan bahkan mahasiswa Papua yang tinggal di luar Papua. Kekuatan dan kelemahan tokoh-tokoh itu juga diungkap dalam dokumen BIN tersebut. Seperti kelemahan terhadap wanita dan alkohol. Selain itu dijabarkan juga strategi buat melemahkan gerakan Papua Merdeka.
Dokumen yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Inggris ini, kata Sydney Morning Herald, menunjukkan ketakutan pemerintah Indonesia terhadap gerakan Papua Merdeka sekaligus pelanggaran hak asasi di Papua.
Dokumen BIN berbentuk presentasi yang diperoleh Fairfax itu tertanggal Maret 2014, lengkap dengan logo BIN di sebelah kanan atas.
Setelah diminta konfirmasi oleh Fairfax Media, BIN menyatakan akan mengadakan penyelidikan internal terhadap kasus ini.
“BIN tidak pernah mengeluarkan dokumen semacam itu,” kata Direktur Informasi BIN Sundawan Salya. “Kami melakukan operasi intelijen dan tidak akan menggunakan dokumen terbuka seperti itu.”
Selain berisi nama-nama tokoh gerakan Papua Merdeka, terdapat juga nama tokoh-tokoh Papua yang pro NKRI.
Dokumen itu memuat target “minimal” dan “maksimal” terhadap masing-masing nama dalam daftar yang harus dicapai dalam kurun waktu April hingga Oktober 2014.
Target “minimal” dari operasi BIN itu adalah nama-nama tersebut tidak lagi mengangkat isu pelanggaran berat hak asasi di Papua atau menolak kemerdekaan Papua.
Sedangkan target “maksimal”nya adalah mereka mendukung NKRI atau menyokong undang-undang otonomi khusus bagi Papua yang sebelumnya diusulkan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.
Markus Haluk adalah salah satu nama aktivis politik yang disebut dalam daftar itu. Dalam dokumen itu dikatakan dia pernah menghadiri seminar yang membahas kemerdekaan Papua.
Kekuatannya adalah mampu menggerakkan warga Papua yang tidak berpendidikan tinggi dan membuat propaganda melalui media. Kelemahannya, kata dokumen itu, uang dan perempuan.
“Ini adalah pelecehan terhadap harga diri saya, kepribadian saya,” kata Haluk kepada Fairfax Media. “Saya punya istri, saya bukan playboy. Saya tahu pemerintah Indonesia punya banyak cara buat mencapai tujuan. Strategi intelijen, strategi Jakarta untuk membunuh seorang pejuang.”
Dia mengaku tidak takut atau panik.
“Perjuangan saya adalah menyelamatkan rakyat Papua. Saya tidak disponsori atau dibayar oleh siapa pun. Saya akan terus berjuang hingga kebenaran ditegakkan di Papua.”[]
Sumber: merdeka.com
Discussion about this post