PESTA demokrasi untuk pemilihan calon gubernur serta bupati wali kota di Aceh akan segera berlangsung.
Masing-masing partai politik di Aceh sudah mulai sibuk melakukan penjaringan dan penyiapan untuk menilai dan mengevaluasi kader dan bakal calon yang akan diusung pada pilkada 2017. Demikian juga dengan Gerindra Aceh.
Namun, hingga 26 Januari 2016, Partai Gerindra Aceh mengaku hanya baru satu pasangan calon bupati yang putuskan DPD Gerindra Aceh untuk diusulkan ke DPP Gerindra.
Pasangan calon tersebut adalah Marianto sebagai calon bupati Bener meriah dan calon wakil bupatinya Teungku Muhammad Amin dari Partai Aceh.
Lantas bagaimana dengan kabupaten kota lainnya? Berikut wawancara langsung mediaaceh.co dengan Ketua Gerindra Aceh, H. TA. Khalid. Wawancara ini berlangsung di Kantor Gerindra Aceh, Selasa 26 Januari 2016, pukul 14.00 WIB. Berikut kutipan langsungnya:
Prasyarat apa saja yang ditentukan Gerindra untuk dapat mengusung pasangan calon bupati dan walikota di Aceh pada Pilkada 2017?
Minimal ada dua aspek khusus yang menjadi pertimbangan serius bagi kami Gerindra Aceh dalam hal mengusung atau mendukung pasangan calon kepala daerah di Aceh.
Pertama, peluang menang terhadap kandidat yang bakal kita usung atau dukung. Maka oleh karena kami Gerindra Aceh terus melakukan pemantauan dan pengkajian terhadap semua bakal calon Yang ingin maju pada pilkada 2017.
Gerindra Aceh terus mengamati tingkat elaktabilitas, ketokohan serta populeritas para bakal calon yang ingin maju di setiap kabupaten kota di seluruh Aceh. Kami harus benar-benar selektif dan hati-hati agar Gerindra Aceh tidak menjadi partai yang mengusung calon kandidat yang tidak ada harapan untuk menang. Kalau peluang menang saja tidak ada harapan, apalagi kita harap untuk menang benaran.
Kedua, kemampuan pasangan calon untuk membawa perubahan dan Kebaikan di daerahnya, makanya kami Gerindra Aceh terus mengamati dan mengkaji tingkat kemampuan dan kecerdasan serta pengalaman setiap pasangan calon kandidat dalam memimpin dan mengelola daerahnya. Gerindra Aceh sangat menyadari bahwa negeri harus dikelola oleh orang-orang yang cerdas dan rasional.
Berarti calon bupati dan wali kota yang akan diusung Gerindra harus memiliki dua aspek tadi?
Ya. Logikanya, Gerindra tak ingin mendukung kandidat yang kalah dan Gerindra juga tidak ingin mendukung kandidat yang tidak punya kemampuan kecerdasan. Karena mendukung kandidat yang kalah, kita malu dan konyol serta memenangkan kandidat tidak punya kemampuan untuk membawa perubahan dan kebaikan di daerahnya itu juga dhalim.
Karena memberikan amanah kepada orang yang bukan ahlinya itu, sama halnya dengan kita menghancurkan daerah dan menyengsarakan rakyat.
Kalau terkait Nagan Raya bagaimana?
Menyangkut dengan Nagan Raya, sebenarnya jauh-jauh hari kami Gerindra Aceh sudah melakukan pemantauan dan pengkajian. Ini karena secara kebetulan Gerindra Aceh punya Kader terbaiknya yang ingin mencalonkan diri di Nagan Raya yaitu anggota DPRA dari Gerindra, Drs. H. Asib Amin yang pada pilkada Nagan Raya tahun 2012, Asib Amin kalah tipis dengan bupati Incumbent.
Namun setelah kami adakan pertemuan dengan ketua dan sekretaris Partai Aceh Nagan Raya dan juga setelah menerima berbagai saran masukan dari tokoh masyarakat Nagan Raya, sehingga dapat kami simpulkan bahwa incumbent di Nagan Raya masih sangat kuat.
Kalau memang ingin menang melawan incumbent, maka mau tak mau harus bersatu untuk mengusung hanya ada 1 paket kandidat saja di luar incumbent. Kalau lebih dari satu paket saya yakini yang menang adalah kandidat yang didukung incumbent lagi.
Kita harus jujur dan tidak boleh menafikan fakta rill di lapangan. Maka oleh karenanya walaupun Gerindra punya kader terbaik di Nagan, tapi kami Gerindra juga belum mengambil keputusan final untuk Nagan Raya. Karena kunci kemenangan melawan incumbent di Nagan Raya adalah harus bersatu padu dan kandidat yang diusung pun harus punya kualitas dan kecerdasan. Agar kandidat yang diusung juga dapat membawa perubahan dan kebaikan di Nagan Raya.
Dengan kondisi sekarang, ada dua pasangan kandidat untuk Nagan Raya di luar incumbent bagaimana?
Menurut perhitungan Gerindra, tetap harus satu pasang di luar incumbent. Itu kalau mau menang.
Saran saya, kalau ingin menang maka harus duduk bersama. Peusaboh droe untuk kepentingan nanggroe. Jangan saling mempertahankan prinsip, tapi bermusyawarahlah agar tidak sama-sama menjadi calon kandidat yang kalah.
Soal keinginan Asib Amin untuk maju di Nagan Raya?
Menyangkut dengan keinginan H.Asib Amin maju, kami sedang mempertimbangkannya, karena walaupun beliau juga didukung oleh ulebalang-ulebalang Partai Aceh di Nagan Raya. Tapi kalau kandidat di luar incumbent juga lebih dari satu, maka saya prediksi juga tidak berpeluang menang.
Beliau kader terbaik Gerindra dan kami tidak ingin beliau mundur di DPRA, tapi beliau gagal di Nagan Raya. Tapi kalau semua pihak di Nagan Raya sepakat untuk mengusung beliau kami juga sepakat.
Asib Amin dan Juragan sudah mendeklarasikan diri sebagai pasangan calon yang diusung Gerindra dan PA. Benarkah?
H.Asib Amin adalah anggota DPRA dari Gerindra dan Juragan adalah Anggota DPRK dari PA. Maka wajar-wajar saja mereka sebagai kader beranggapan dan menyakini diri akan di dukung oleh partainya sendiri. Tapi sampai saat ini Gerindra belum memutuskannya karena di samping Gerindra tidak dapat mengusung sendiri dan juga informasinya bahwa Partai Aceh juga akan mengusung Pak Jamil Idham (Jadin).
Discussion about this post