SEORANG wanita paruh baya membungkuk. Ia mengambil air dalam guci dengan gayung. Di dekat guci, ada 4 kuburan yang bertabur batu. Pada tiap batu nisam di makam tadi dililit kain putih yang mulai menguning.
“Alhamdulillah,” ujar sang wanita tadi. Ia membasuh muka.
Di belakangnya, juga beberapa wanita lainnya tampak berbaris mengantri. Jilbabnya mereka rata-rata berwarna putih. Hanya satu dua yang memakai jilbab dengan warna berbeda.
Mualem berdiri tak jauh dari antrian tadi. Matanya menatap ke arah kuburan. Salah satunya milik Teungku Abdullah Syafii, mantan Panglima GAM yang meninggal semasa konflik.
“Almarhum sangat berjasa terhadap Aceh,” ujar Mualem kepada pria tua yang memakai kemeja serta peci hitam di sisi kanannya. Sementara pria tadi terlihat mengangguk beberapa kali.
+++
Teungku Abdullah Syafii merupakan panglima GAM yang paling disegani semasa hidup. Ia akrab disapa dengan sebutan Teungku Lah. Teungku Lah memimpin sayap militer GAM selama hampir 20 tahun.
Teungku Lah lahir di Desa Matanggeulumpang Dua, Bireuen, Aceh, 12 Oktober 1947.
Ia meninggal pada umur 54 tahun. Teungku Lah meninggal dunia pada 22 Januari 2002 di Jiem-Jiem, Bandar Baru, Pidie dalam sebuah penyergapan oleh TNI.
Istri Teungku Lah dan beberapa anggota pasukannya ikut syahid dalam penyerangan tersebut. Mereka kemudian dikuburkan di Desa Blang Sukon, Kecamatan Bandar Baru, Kabupaten Pidie Jaya.

Dikutip dari liputan6.com, sebulan sebelum meninggal, Teungku Lah bertemu dengan beberapa wartawan. Dalam pertemuan itu, ia menyampaikan statemen yang dikenang hingga kini.
“Jika pada suatu hari nanti Anda mendengar berita bahwa saya telah syahid, janganlah saudara merasa sedih dan patah semangat. Sebab saya selalu bermunajat kepada Allah SWT agar mensyahidkan saya apabila kemerdekaan Aceh telah sangat dekat. Saya tak ingin memperoleh kedudukan apa pun apabila negeri ini (Aceh) merdeka,” kata Teungku Lah saat itu seperti dikutip liputan6.com.
+++
14 Tahun usai Teungku Lah meninggal. Nama itu tetap melekat dalam ingatan masyarakat Aceh.
Sosok Teungku Lah tetap menjadi panutan bagi pengikutnya, termasuk bagi Ketua Umum KPA/PA, Muzakir Manaf atau akrab disapa Mualem.
Hal ini disampaikan Mualem saat menghadiri peringatan 14 tahun syahidnya Teungku Abdullah Syafii. Peringatan ini berlangsung di Desa Blang Sukon, Kecamatan Bandar Baru, Kabupaten Pidie, Kamis 21 Januari 2016.
Kegiatan ini juga dihadiri Bupati Pidie Jaya Teungku Aiyub Abbas, wakil bupati, petinggi SKPD Pidie Jaya, ulama, santri, petinggi KPA PA serta mantan kombatan GAM dan ribuan warga dari berbagai daerah.
Dalam sambutannya, Mualem meminta masyarakat yang hadir untuk tak melupakan jasa-jasa syuhada yang meninggal dalam konflik, terutama sosok Teungku Lah.
“Nyoe penteng sehingga tanyoe sadar dari pat tanyoe berasal dan peu cita-cita tanyoe bak mandum,” ujar Mualem.[mal]
Discussion about this post