MEDIAACEH.CO, Aceh Utara – Kepala Kantor Bea dan Cukai Lhokseumawe Abdul Harris mengatakan, selama ini hasil komoditi pertanian dan perkebunan yang ada di Aceh dibeli oleh pengusaha yang ada di Sumetera Utara. Oleh karenanya kata dia, hal itu menjadi penyebab pelabuhan Krueng Geukuh tidak aktif.
“Hasil komoniti yang dimiliki Aceh sudah di join dengan pengusaha di Medan (Sumatera Utara). Di sana (Belawan) kapal peti kemas lebih banyak. Kalau di sini kapal masuk akan rugi, karena tidak ada barangnya, kapal yang masuk pulang kosong,” ujar Abdul Harris, Rabu, 20 Januari 2016.
Selain itu, menurut Abdul Harris, pengusaha lokal Aceh juga lebih suka memilih mengekspor barang melalui pelabuhan Belawan, Sumatera Utara dibanding melalui Krueng Geukuh. Kemudian katanya, jumlah komoditi yang dimiliki Aceh juga sedikit.
Kata dia, sebagai instansi dibawah kementrian keuangan, Bea dan Cukai menerapkan sistem self assesment. Semua pengusaha kata dia, boleh melakukan aktivitas ekspor impor, tidak pernah dilarang apalagi adanya diskriminasi.
Ia berharap kedepan, semakin banyak pengusaha lokal Aceh yang mau melakukan ekspor impor melalui pelabuhan internasional yang ada di Aceh. Karena katanya pelabuhan internasional seperti pelabuhan Krueng Geukuh, Aceh Utara sangat layak dijadikan lokasi ekspor impor.
“Kemarin kita sudah melakukan ekspor perdana pada tanggal 15 Januari 2016, Pemerintah Aceh Utara melakukan ekspor daun nipah, kedepan kita berharap ekspor komoditi Aceh terus dilakukan tidak berhenti seperti dulu-dulu,” kata Abdul Haris.
Sebelumnya diberitakan, puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Peduli Rakyat Aceh Utara melakukan aksi di kantor Bupati Aceh Utara dan kantor Bea dan Cukai Lhokseumawe.
Kedatangan mahasiswa ke kedua instansi pemerintah itu menuntut optimalisasi pelabuhan Internasional Samudera Pasee, Krueng Geukuh, Aceh Utara. Mahasiswa meminta Pemerintah Kabupaten Aceh Utara dan pihak terkait tidak bermain dalam pengelolaan pelabuhan tersebut.[zul]
Discussion about this post